Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. H.R. McMaster, mantan penasihat keamanan nasional AS, mengatakan pada hari Senin (2/1/2023) bahwa dia meyakini pemimpin China Xi Jinping, sedang mempersiapkan rakyat China untuk perang.
Melansir Business Insider, berbicara di "Face The Nation" CBS, McMaster mengatakan AS harus berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama seperti yang dilakukan dengan Vladimir Putin, ketika sampai pada ancaman konflik dengan China atas Taiwan.
McMaster dan beberapa pakar, termasuk Michèle Flournoy, mantan wakil menteri pertahanan untuk kebijakan AS, hadir di acara tersebut membahas kebijakan luar negeri AS di berbagai bidang, seperti berurusan dengan Iran, perang di Ukraina, dan China.
McMaster, seorang pensiunan letnan jenderal yang menjabat sebagai penasihat keamanan nasional pada 2017 dan 2018 di bawah Presiden Donald Trump, mengatakan AS harus menanggapi ancaman dari Xi dengan serius. Dia menambahkan bahwa pemimpin itu bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan.
"Saya pikir kita harus berhati-hati, untuk tidak jatuh ke dalam perangkap yang sama yang kita lakukan dengan Vladimir Putin, bias konfirmasi dan bias optimisme," kata McMaster.
Baca Juga: PM Jepang Akan Kunjungi Biden di Gedung Putih Pekan Depan
Dia menambahkan, Xi telah bersikap agresif dalam pidatonya baru-baru ini, memberi tahu orang-orang China bahwa perlu pengorbanan untuk mengembalikan China ke kejayaan nasional.
McMaster juga bilang bahwa Xi telah "menjelaskan" melalui pernyataannya baru-baru ini bahwa dia sedang bersiap untuk bergerak melawan Taiwan dan berupaya untuk menguasai kembali pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
"China telah menjadi semakin agresif, tidak hanya dari perspektif ekonomi dan keuangan dan perspektif diplomasi-pejuang-serigala tetapi secara fisik, dengan militernya," tambahnya.
McMaster mendesak AS untuk meningkatkan kehadiran militernya di kawasan Asia-Pasifik.
"Kami berbicara banyak tentang mengandalkan sekutu kami dan mungkin jika kami mengambil langkah mundur, sekutu akan berbuat lebih banyak," kata McMaster.
Dia menambahkan, "Saya pikir sebenarnya yang terjadi adalah sebaliknya. Jika orang Amerika melakukan sedikit lebih banyak, banyak sekutu kita akan mengikuti dan meningkatkan kemampuan dan kapasitas pertahanan mereka juga."
Baca Juga: Awasi Kapal Induk Berserta 5 Kapal perang China, Jepang Kerahkan Jet Tempur
Xi mengatakan pada bulan Oktober bahwa China "berjuang untuk prospek penyatuan kembali secara damai dengan Taiwan". Tetapi dia juga berulang kali mengisyaratkan agresi terhadap pulau itu sementara dia mengkonsolidasikan kekuatannya pada musim gugur.
Sebelumnya, pada Oktober 2022 lalu, Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS memperingatkan, Presiden China Xi Jinping ingin merebut Taiwan pada waktu yang jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
"Kami telah melihat China yang sangat berbeda muncul dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Xi Jinping," kata Blinken dalam sebuah forum di Universitas Stanford.
Dia menambahkan, China telah menjadi lebih represif di dalam negeri dan lebih agresif di luar negeri.
Mengutip The Telegraph, Blinken menuduh Xi Jinping menciptakan ketegangan yang luar biasa dengan mengubah pendekatan terhadap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, yang tidak pernah dikendalikan oleh Partai Komunis China tetapi diklaim sebagai miliknya.
Dia mengatakan, China telah membuat keputusan mendasar bahwa status quo tidak lagi dapat diterima.
Oleh sebabnya, Beijing bertekad untuk mengejar reunifikasi pada garis waktu yang jauh lebih cepat, meskipun dia tidak memberikan perkiraan atau tanggal pasti.