kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mulai menghadapi persaingan dengan raksasa e-commerce (4)


Sabtu, 21 April 2018 / 09:10 WIB
Mulai menghadapi persaingan dengan raksasa e-commerce (4)


Reporter: Galvan Yudistira, Rizki Caturini | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Pasca-IPO di bursa saham New York, kinerja saham Wayfair tidak buruk. Pada tahun lalu harga saham Wayfair meningkat dua kali lipat. Ini yang menjadikan kekayaan Niraj Shah terus berkembang. Meski begitu, tantangan di ritel online juga tidak kecil. Shah masih harus berjuang membuat perusahaannya cuan. Sebab sejauh ini perusahaannya masih merugi. Dia juga harus bisa bersaing dengan raksasa e-commerce yang mulai masuk ke pasar yang dia garap.

Kekayaan Niraj Shah kian subur lewat Wayfair seiring dengan kenaikan harga saham perusahaan tersebut di bursa saham. Bersama dengan Steve Conine, Shah mengempit 40% saham Wayfair.

Sepanjang tahun lalu saham Wayfair naik lebih dari dua kali lipat. Ini menjadi kinerja terbaik saham Wayfair selama tercatat di bursa saham. Kenaikan harga saham itu pula yang membuat Shah tercatat masuk dalam daftar pebisnis berstatus miliarder.

AffluenceIQ yang mencatat pendapatan terbesar keluarga di Massachusetts memasukkan nama Shah ke dalam 50 besar orang terkaya di kawasan tersebut dengan nilai kekayaan US$ 1,2 miliar.

Meski begitu, tantangan untuk mencetak laba ke depan masih cukup berat. Analis memprediksi Wayfair baru akan mencapai titik impas modal pada tahun 2019 mendatang. Apalagi persaingan kian ketat dengan hadirnya raksasa e-commerce yang ikut masuk dalam pasar yang digarap Wayfair.

Menurut Shah, ke depan bisnis ritel online yang menjajakan produk furnitur harus menyesuaikan dengan teknologi. Sebab tuntutan masing-masing pelanggan akan meningkat.

Hal ini harus diantisipasi dengan menyediakan personalisasi spesifik yang dibutuhkan masing-masing pelanggan. Data personalisasi dari 4,8 juta pelanggan ini b menjadi big data untuk mengembangkan riset dan pengembangan produk dan layanan selanjutnya.




TERBARU

[X]
×