kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stimulus baru dari China


Selasa, 21 April 2015 / 06:47 WIB
Stimulus baru dari China
ILUSTRASI. 5 Cara Mengatasi Bruntusan di Wajah dengan Produk Skincare, Gimana?


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Yudho Winarto

WASHINGTON. China melirik model stimulus. Setelah laporan pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka terendah dalam enam tahun, China memangkas rasio pencadangan bagi perbankan. Alhasil, perbankan China bisa menambah kucuran pinjaman kepada nasabah hingga CNY 1,2 triliun atau sekitar US$ 193,5 miliar (kurs US$ 1=CNY 6,2).

Zhou Xiaochuan, Gubernur Bank Sentral China, mengatakan, negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini memiliki ruang lebih dibandingkan negara lain untuk melonggarkan kebijakan moneter. Kendati demikian, China tak akan selalu mengambil keuntungan dari kondisi tersebut.

"Pasti ada ruang, tetapi kami perlu menyesuaikan dengan hati-hati. Ini tidak berarti kami harus menggunakannya," ujar Zhou setelah menghadiri pertemuan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) seperti dikutip Bloomberg.

Macquarie Group Ltd dan HSBC Holdings Plc berpendapat, Pemerintah China perlu menambah stimulus ekonomi akibat pertumbuhan ekonomi negara ini terus melambat. Ditambah lagi, keuntungan industri dari produksi bulan Maret 2015 juga berada di laju paling rendah sejak November 2008.

Bank Sentral China memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam dua tahun pada November tahun lalu. Indikator inflasi ekonomi yang berbalik negatif menunjukkan perlunya ruang untuk meringankan.

Februari 2015, Bank Sentral China kembali menurunkan suku bunga. Suku bunga pinjaman satu tahun turun menjadi 5,35%. Sedangkan, suku bunga deposito juga turun menjadi 2,5%. Masih pada bulan yang sama, China juga menurunkan persyaratan cadangan rasio bank.

Aneka problem

Saat ini, China memiliki serentetan masalah yang menghantui ekonominya. Mulai dari penurunan bisnis properti, kapasitas industri yang berlebih, arus modal dan utang pemerintah daerah yang nyaris tidak berkembang.

China merupakan salah satu dari 30 negara yang telah melonggarkan kebijakan moneter karena harga komoditas menukik turun. Lewat stimulus yang dikucurkan, Pemerintah China mengharapkan terhindar dari risiko deflasi.

Menurut data bulan Maret, produk domestik bruto (PDB) China naik 7% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sementara, produksi industri pada bulan lalu hanya tumbuh 5,6%. Padahal, di bulan Februari, produksi industri China berhasil tumbuh 6,8%.

Dalam pertemuan di Washington dari Jumat hingga Minggu lalu, Zhou menyatakan, laju ekonomi China masih wajar meski cenderung melambat. Alasannya, pertumbuhan lapangan kerja masih stabil sehingga tidak ada kekhawatiran.

Dalam pernyataan di situs Bank Sentral China, Zhou menegaskan, China akan mengambil kebijakan moneter secara bijaksana dan menyesuaikan dengan laju ekonomi serta inflasi. Perdana Menteri China, Li Keqiang, menambahkan, para pembuat kebijakan akan menggelontorkan stimulus untuk mendukung perekonomiannya. Utamanya jika angka pengangguran meningkat dan upah karyawan terseret turun perlambatan ekonomi.




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×