Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Kelas menengah, yang dulunya merupakan tulang punggung ekonomi suatu negara, menghadapi tantangan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tahun 2025.
Tren ekonomi, perubahan kebijakan, dan masalah sistemik telah mempercepat erosi kekayaan bagi kelompok ini.
Dari meningkatnya biaya hidup hingga upah yang stagnan dan meningkatnya utang, stabilitas keuangan keluarga kelas menengah berada di bawah tekanan yang berat.
Artikel ini membahas mengenai kelas menengah yang ada di Amerika. Namun bisa dijadikan bahan perbandingan dengan kelas menengah di Indonesia.
Melansir New Trader U, berikut adalah 10 penyebab mengapa kelas menengah kehilangan kekayaan lebih cepat dari sebelumnya di 2025:.
1. Inflasi yang Berkelanjutan
Inflasi terus melampaui pertumbuhan upah, secara signifikan mengurangi daya beli rumah tangga kelas menengah.
Kebutuhan pokok sehari-hari seperti bahan makanan, utilitas, dan transportasi menjadi lebih mahal, memaksa keluarga untuk mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk kebutuhan dasar.
Hal ini menyisakan sedikit ruang untuk tabungan atau investasi, yang mengikis stabilitas keuangan jangka panjang.
Baca Juga: Waspada Kelas Menengah, 5 Hal Ini Bisa Bikin Miskin dalam 5 Tahun ke Depan
2. Pertumbuhan Upah yang Stagnan
Meskipun produktivitas meningkat, upah untuk pekerja kelas menengah tidak sejalan dengan kenaikan biaya.
Selama dekade terakhir, upah riil tumbuh kurang dari 0,5% per tahun sementara biaya hidup meningkat jauh lebih cepat.
Kesenjangan ini memaksa keluarga untuk menghemat anggaran, sehingga membatasi kemampuan mereka untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan.
3. Meningkatnya Biaya Perumahan
Harga rumah dan sewa telah melonjak, membuat kepemilikan rumah menjadi tidak terjangkau bagi banyak keluarga kelas menengah.
Di wilayah metropolitan, harga rumah rata-rata telah meningkat sebesar 20% hingga 25% selama tiga tahun terakhir, dan harga sewa telah mengikuti lintasan yang sama.
Tren ini memaksa keluarga untuk mengalokasikan lebih banyak pendapatan mereka untuk perumahan, menyisakan lebih sedikit untuk kebutuhan pokok lainnya.
Baca Juga: Kabar Baik Bagi Kelas Menengah, Ini Cara Naik Kelas ala Warren Buffett