Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Dua kapal perang Jerman menunggu perintah dari Berlin, untuk menentukan apakah bulan depan mereka akan menjadi kapal angkatan laut Jerman pertama dalam beberapa dekade yang melewati Selat Taiwan, dan berisiko menuai teguran dari Beijing.
Sementara AS dan negara-negara lain, termasuk Kanada, telah mengirim kapal perang melalui selat sempit itu dalam beberapa minggu terakhir.
China mengklaim kedaulatan atas Taiwan yang diperintah secara demokratis, dan mengatakan pihaknya memiliki yurisdiksi atas jalur air selebar hampir 180 km (110 mil) yang membelah kedua sisi dan merupakan bagian dari Laut China Selatan.
Taiwan sangat menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka.
Selat Taiwan adalah rute perdagangan utama yang dilalui oleh sekitar setengah dari kapal kontainer global. Dan baik Amerika Serikat maupun Taiwan mengatakan itu adalah jalur air internasional.
"Keputusan itu belum diambil," kata komandan gugus tugas angkatan laut, Laksamana Muda Axel Schulz, kepada Reuters dalam wawancara telepon, seraya menambahkan cuaca akan berperan.
Baca Juga: Ketegangan Antara China dan Filipina Kembali Memanas
"Kami mengibarkan bendera kami di sini untuk menunjukkan bahwa kami mendukung mitra dan teman kami, komitmen kami terhadap tatanan berbasis aturan, solusi damai atas konflik teritorial, dan jalur pelayaran yang bebas dan aman," tambahnya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan kapal Jerman melintas, Kementerian Luar Negeri China mengatakan Taiwan adalah urusan internal China dan kunci stabilitas adalah menentang kemerdekaan Taiwan.
"China selalu menentang upaya melemahkan kedaulatan dan keamanan teritorial China dengan kedok kebebasan navigasi," kata juru bicara kementerian Mao Ning kepada wartawan di Beijing.
Sebelum kemungkinan melintas melalui selat bulan depan, fregat Baden-Wuerttemberg dan kapal pengisian bahan bakar Frankfurt am Main berencana singgah di Tokyo pada hari Selasa. Mereka juga akan singgah di Korea Selatan dan Filipina.
Baca Juga: AS Bersiap Hadapi Kemungkinan Serangan Besar Iran dan Proksinya ke Israel Pekan Ini
Mereka akan mengikuti latihan di kawasan tersebut bersama Prancis, Indonesia, Italia, Jepang, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Amerika Serikat.
Selama empat tahun terakhir, militer Beijing telah meningkatkan aktivitasnya di selat tersebut.
Memperluas kehadiran militer
Pelayaran melalui jalur perairan oleh kapal perang asing, terutama Amerika, secara teratur dikecam oleh Beijing, yang mengatakan misi semacam itu merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Jerman telah bergabung dengan negara-negara Barat lainnya dalam memperluas kehadiran militernya di kawasan tersebut karena kekhawatiran mereka meningkat atas ambisi teritorial Beijing.
Pada tahun 2021, sebuah kapal perang Jerman berlayar melalui Laut China Selatan, untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun.
Bulan lalu, Luftwaffe mengerahkan jet tempur ke Jepang untuk latihan gabungan pertama di sana.
Schulz mengatakan dia tidak merencanakan tindakan keamanan khusus apa pun jika kapal perang di bawah komandonya melintasi Selat Taiwan, menyebutnya sebagai "lintasan normal" yang mirip dengan berlayar melalui Selat Inggris atau Laut Utara.
Baca Juga: Filipina Marah Atas Tindakan China yang Berbahaya di Laut China Selatan
Namun, dia mengantisipasi setiap lintasan akan diawasi dengan ketat.
"Saya memperkirakan angkatan laut China dan mungkin penjaga pantai atau milisi maritim akan mengawal kami," katanya, seraya menyebut hal ini sebagai praktik umum.