Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID. Meskipun artikel ini berfokus pada kondisi ekonomi di Amerika Serikat, banyak indikator yang bisa dijadikan gambaran tentang situasi ekonomi di Indonesia.
Menurut laporan Pew Research Center tahun 2021, untuk masuk kategori kelas atas di AS, sebuah rumah tangga harus memiliki penghasilan lebih dari US$145.000 per tahun atau sekitar Rp2,21 miliar.
Sedangkan, mereka yang berpenghasilan di bawah US$48.500 atau Rp742 juta per tahun dikategorikan sebagai kelas bawah. Adapun kelas menengah berada di antara dua angka tersebut.
Namun, ukuran ini bisa sangat bervariasi tergantung biaya hidup, lokasi, dan akses terhadap fasilitas publik.
Tak hanya soal pendapatan, ada beberapa indikator penting lain yang bisa menunjukkan bahwa seseorang masih tergolong kelas bawah — bahkan tanpa mereka sadari. Melansir GOBankingRates, berikut 4 tanda utama menurut para ahli:
Baca Juga: 5 Pelajaran Kaya dari Robert Kiyosaki untuk Kelas Menengah: Setop Utang Buruk
1. Akses Terbatas terhadap Pendidikan Berkualitas
Salah satu indikator yang sering diabaikan adalah kesulitan mengakses pendidikan. Misalnya:
- Tidak mampu membayar guru privat untuk anak yang kesulitan belajar.
- Tidak memiliki dana untuk mengambil kursus atau pendidikan tambahan bagi diri sendiri.
Menurut Dana Ronald, CEO Tax Crisis Institute, “Pendidikan adalah kunci mobilitas sosial dan ekonomi. Sayangnya, keluarga berpenghasilan rendah cenderung memiliki akses terbatas terhadap pendidikan yang berkualitas, sehingga sulit untuk keluar dari jeratan kelas bawah.”
2. Rasio Utang terhadap Pendapatan Tinggi
Jika lebih dari 40% pendapatan bulanan Anda habis untuk membayar utang, maka Anda mungkin berada dalam tekanan finansial.
Jeff Rose, CFP dan pendiri GoodFinancialCents.com, menyebut bahwa kondisi seperti ini umum dialami oleh kelompok kelas bawah:
"Kesulitan mengakses kredit, ditambah beban utang yang tinggi, adalah ciri khas dari mereka yang masih berada dalam kelas ekonomi bawah."
Baca Juga: 6 Barang yang Dianggap Aset oleh Kelas Menengah, Padahal Bisa Gerus Kekayaan