Sumber: Yahoo Finance | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Pasar saham dikenal dengan volatilitasnya yang tinggi. Bahkan investor berpengalaman seperti Warren Buffett tidak dapat sepenuhnya memprediksi pergerakan pasar.
Namun, Buffett dikenal sebagai sosok yang tetap tenang dan strategis dalam menghadapi situasi seperti ini.
Kemerosotan pasar saham dapat berdampak signifikan pada perekonomian, bahkan memicu resesi yang membutuhkan waktu lama untuk pulih.
Baca Juga: Warren Buffett: Pasar Saham Mentransfer Kekayaan dari yang Tak Sabar ke yang Sabar
Federal Reserve Bank of New York memprediksi kemungkinan terjadinya resesi dalam 12 bulan ke depan sebesar 29%. Jika hal ini terjadi, Buffett kemungkinan besar akan mengambil langkah-langkah berikut untuk mengelola portofolionya.
1. Tetap Tenang
Buffett selalu menekankan pentingnya menjaga ketenangan saat pasar mengalami guncangan. Sebagai investor, ia percaya bahwa panik bukanlah solusi.
"Jika pasar saham jatuh, Warren Buffett tidak akan panik — ia akan langsung bekerja," ujar Joseph Camberato, CEO National Business Capital.
2. Membeli Saham Bernilai Tinggi dengan Harga Rendah
Buffett dikenal memanfaatkan kejatuhan pasar sebagai peluang untuk membeli saham berkualitas dengan harga diskon. Fokusnya adalah pada perusahaan bernilai tinggi yang memiliki fundamental kuat meski harga sahamnya sementara turun.
Baca Juga: Warren Buffett Jual Saham Apple dalam Jumlah Besar, Strategi atau Manuver Pajak?
“Dia akan menggunakan cadangan kasnya untuk membeli bisnis yang solid dengan harga rendah,” kata Camberato. Strategi ini memungkinkan Buffett mengakumulasi aset berkualitas dengan valuasi yang lebih menguntungkan.
Pada kuartal III-2024, Berkshire Hathaway, perusahaan yang dipimpin Buffett, mencatatkan kas dan setara kas sebesar US$ 325,2 miliar, meningkat dari US$ 276,9 miliar pada kuartal sebelumnya. Dengan cadangan tersebut, Buffett memiliki fleksibilitas untuk berinvestasi besar-besaran.
3. Menegosiasikan Kesepakatan Pribadi
Buffett juga dikenal memanfaatkan peluang untuk menegosiasikan kesepakatan langsung dengan perusahaan yang membutuhkan dana besar.
Contohnya, selama krisis keuangan 2008, ia menyusun kesepakatan dengan Bank of America yang memberikan keuntungan signifikan setelah kondisi membaik.
Baca Juga: Warren Buffett Jual Saham US$ 133 Miliar di 2024, Dua Saham Ini Tetap Dipertahankan
“Buffett mungkin menargetkan perusahaan yang membutuhkan modal besar dan menyusun kesepakatan khusus, seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya,” jelas Camberato.