Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett, bersama penerusnya, Greg Abel, tampaknya kurang yakin dengan nilai saham AS saat ini.
Sejak kuartal pertama 2022 hingga kuartal kedua 2024, mereka telah menjual saham senilai miliaran dolar dari portofolio utama Berkshire, meningkatkan cadangan kas perusahaan sebesar 161% menjadi US$ 276,9 miliar. Tren ini berlanjut pada kuartal ketiga 2024.
Berkshire telah menjual 150,1 juta saham Bank of America senilai US$ 6,2 miliar sejak 17 Juli, mengurangi kepemilikan mereka di bank besar ini sebesar 14,5%.
Meskipun begitu, Berkshire tetap menjadi pemegang saham terbesar Bank of America dengan kepemilikan 11,4% senilai sekitar US$ 36 miliar. Namun, penjualan saham besar-besaran ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
Baca Juga: Warren Buffett Miliki Tumpukan Uang Tunai US$277 Miliar, Waktunya Berhenti Investasi?
Spekulasi mengenai alasan Buffett menjual banyak saham intinya mencuat, dengan beberapa pihak berpendapat bahwa ia merespons valuasi yang tinggi, mengumpulkan kas untuk akuisisi besar, atau bahkan bersiap untuk resesi atau penurunan pasar.
Haruki Toyama, manajer portofolio di Madison Investments, mengatakan bahwa penjualan saham Buffett ini bukanlah tanda bearish eksplisit terhadap pasar. Menurutnya, Buffett mungkin merasa bahwa valuasi saham saat ini agak mahal, namun tidak ada indikasi bahwa ia menganggap pasar terlalu ekstrem.
Indikator "Buffett" yang terkenal, yang membandingkan PDB AS dengan kapitalisasi pasar saham total untuk mengukur nilai relatif saham, saat ini berada lebih dari dua standar deviasi di atas rata-rata historisnya, yang biasanya menandakan bahwa saham dinilai tinggi.
Baca Juga: Elon Musk Berharap Warren Buffett Membeli Saham Tesla, Mungkinkah Terjadi?
Toyama juga mencatat bahwa peningkatan posisi kas Berkshire sering kali menandakan waktu yang sulit ke depan. Ia mengingatkan bahwa terakhir kali Berkshire memiliki kas sebesar ini sebelum krisis keuangan 2008.
Buffett telah menjual saham Bank of America yang dia beli sejak sebelum krisis keuangan global 2007. Meskipun saat ini harga saham Bank of America sekitar US$ 40 per saham, jauh di bawah harga awal $50,61, investasi Buffett di bank ini menjadi menguntungkan setelah bank tersebut pulih dari krisis.
Toyama berpendapat bahwa Buffett mungkin mengelola risiko dengan mengunci keuntungan di tengah pasar yang mendekati puncaknya dan valuasi saham yang tinggi.
Penjualan saham Bank of America juga dapat dipengaruhi oleh meningkatnya risiko bagi sektor perbankan, terutama setelah meningkatnya suku bunga dan kegagalan beberapa bank regional tahun lalu.
Baca Juga: Nasihat Warren Buffett Agar Sukses dalam Membangun Karier
Sementara sebagian investor mungkin khawatir bahwa penjualan saham besar-besaran oleh Berkshire menandakan adanya penurunan pasar yang akan datang, Toyama menegaskan bahwa ini bukanlah pesan utama.
Ia mengatakan bahwa jika Buffett khawatir akan terjadinya crash, saham perbankan bukanlah posisi logis untuk dijual karena mereka diperdagangkan dengan valuasi yang relatif rendah dibandingkan sektor lain.
Dengan demikian, meskipun penjualan saham ini mencerminkan pandangan Buffett terhadap risiko dan peluang di pasar saat ini, tidak berarti ia memperkirakan adanya penurunan besar dalam waktu dekat.