kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   14,00   0,09%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

5 Kebiasaan Keuangan Terburuk Kelas Menengah Menurut Warren Buffett


Selasa, 22 Juli 2025 / 17:06 WIB
5 Kebiasaan Keuangan Terburuk Kelas Menengah Menurut Warren Buffett
ILUSTRASI. 5 Kebiasaan Keuangan Terburuk Kelas Menengah Menurut Warren Buffett. REUTERS/Rick Wilking


Penulis: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Warren Buffett, salah satu investor tersukses di dunia, telah mengumpulkan banyak kebijaksanaan sepanjang kariernya selama puluhan tahun—kebijaksanaan yang dapat membantu siapa saja memperbaiki kondisi finansialnya. 

Di tengah berbagai tantangan ekonomi saat ini, banyak masalah keuangan yang dihadapi kelas menengah sebenarnya berakar dari kebiasaan buruk yang masih bisa diubah.

Berdasarkan filosofi Buffett, berikut adalah lima kebiasaan keuangan terburuk yang kerap menghambat kelas menengah dalam membangun kekayaan, dilansir dari New Trader U.

Baca Juga: Menguat Tipis, Rupiah Masih Bergerak di Atas Rp 16.300 Per Dolar AS, Selasa (22/7)

1. Gaya Hidup Melebihi Kemampuan: Kebiasaan Penghancur Anggaran

Kesalahan finansial paling mendasar yang sering dilakukan kelas menengah adalah menghabiskan lebih banyak daripada yang mereka hasilkan. 

Kebiasaan ini menciptakan lingkaran stres finansial yang terus-menerus dan menghambat akumulasi kekayaan. 

Kartu kredit membuat gaya hidup di luar kemampuan terasa mudah, namun pada akhirnya memicu utang berbunga tinggi yang terus menumpuk.

Warren Buffett justru menunjukkan pola hidup sebaliknya. Meski termasuk orang terkaya di dunia, ia masih tinggal di rumah yang dibelinya di Omaha pada tahun 1958 seharga US$31.500. 

Hidup hemat bagi Buffett bukanlah soal kekurangan, melainkan tentang pilihan sadar yang selaras dengan tujuan jangka panjang, bukan dorongan sesaat.

Solusinya dimulai dari mencatat pengeluaran dan membuat anggaran realistis. Panduan populer 50/30/20 menyarankan alokasi 50% penghasilan untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan serta pelunasan utang. 

Dengan konsisten hidup di bawah kemampuan, kamu membangun pondasi keuangan yang lebih kuat.

Hidup sederhana bukan berarti mengorbankan kebahagiaan, melainkan memilih stabilitas finansial dan pengeluaran yang bijak ketimbang tekanan konsumsi sosial. 

Pola ini juga menciptakan dana cadangan yang melindungi dari kondisi darurat dan memberi ruang bagi pertumbuhan kekayaan melalui investasi.

2. Tidak Konsisten Menabung dan Berinvestasi

"Jangan menabung dari sisa pengeluaran, tapi belanjakan dari sisa tabungan." – Warren Buffett

Banyak rumah tangga kelas menengah keliru dalam mengelola uang—mereka cenderung membelanjakan dulu dan menabung sisanya (yang sering kali tidak tersisa sama sekali). 

Kebiasaan ini membuat mereka gagal memanfaatkan “keajaiban dunia kedelapan” versi Buffett: bunga majemuk (compound interest). 

Buffett sering menggunakan efek bola salju untuk menggambarkan bagaimana bunga berbunga dapat menghasilkan kekayaan signifikan seiring waktu.

Dengan rutin berinvestasi, keuntungan dari investasi itu sendiri akan menghasilkan keuntungan tambahan. 

Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,72% ke 7.344, MBMA, BRPT dan ANTM Top Losers LQ45, Selasa (22/7)

Pertumbuhan eksponensial ini sangat besar dampaknya dalam jangka panjang, asalkan dimulai sedini mungkin dan dilakukan secara konsisten. 

Sayangnya, banyak orang masih menyimpan dana di rekening tabungan dengan bunga rendah yang tidak mampu mengimbangi inflasi.

Buffett menyarankan investor awam untuk menempatkan dana mereka pada reksa dana indeks berbiaya rendah seperti S&P 500. 

Instrumen ini memberikan diversifikasi tanpa perlu pengetahuan mendalam tentang pasar. Kuncinya adalah konsistensi, tidak peduli kondisi pasar sedang naik atau turun.

Cara paling efektif adalah dengan mengatur sistem tabungan dan investasi otomatis setelah menerima gaji. Strategi "bayar diri sendiri dulu" ini menjadikan menabung sebagai kebiasaan utama, bukan sekadar sisa.

3. Tergoda Skema Cepat Kaya, Bukan Investasi Sabar

"Pasar saham adalah alat untuk memindahkan uang dari orang yang tidak sabar ke orang yang sabar." – Warren Buffett

Keinginan untuk cepat kaya membuat banyak orang tergoda berinvestasi pada saham panas, tren kripto, atau instrumen keuangan yang tidak sepenuhnya dipahami. 

Akibatnya, mereka sering membeli saat harga tinggi dan menjual saat harga turun—kebalikan dari strategi investasi yang baik.

Buffett justru mengedepankan kesabaran dan nilai. Ia terkenal mengatakan bahwa periode kepemilikan saham favoritnya adalah “selamanya.” 

Prinsip ini menekankan pentingnya memiliki perusahaan berkualitas dalam jangka panjang, bukan melakukan jual-beli berdasarkan fluktuasi atau tren.

Media keuangan sering menanamkan urgensi dalam keputusan investasi, seolah-olah kesuksesan hanya bisa diraih dengan aksi cepat. 

Padahal, kekayaan Buffett tumbuh berkat riset mendalam dan kesabaran, bukan dari spekulasi jangka pendek.

Bagi kelas menengah, penting untuk mengembangkan strategi investasi yang konsisten dan berbasis fundamental, bukan emosi atau tren sesaat. 

Pembangunan kekayaan adalah proses bertahap, bukan hasil dari keberuntungan instan. Dengan pola pikir sabar, kamu menghindari kesalahan mahal yang kerap menggagalkan impian finansial.

Baca Juga: Tokio Marine Life Catat Premi Rp 319 Miliar per Mei 2025

4. Mengabaikan Pendidikan dan Literasi Keuangan

"Risiko muncul dari ketidaktahuan atas apa yang sedang kamu lakukan." – Warren Buffett

Sayangnya, pendidikan finansial masih kurang mendapat perhatian dalam sistem pendidikan formal, padahal sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. 

Minimnya pengetahuan ini menyebabkan kesalahan dalam penggunaan kartu kredit, perencanaan pensiun, dan keputusan keuangan lainnya—yang berdampak besar dalam jangka panjang.

Buffett sendiri menghabiskan 5–6 jam per hari untuk membaca buku, laporan tahunan, surat kabar, dan dokumen keuangan. 

Meskipun tak semua orang harus meniru kebiasaan itu, pemahaman dasar tentang keuangan sangat penting. 

Mengetahui cara kerja bunga majemuk, efisiensi pajak, dan prinsip dasar investasi dapat meningkatkan kesejahteraan secara signifikan.

Masih banyak orang tidak tahu bagaimana cara kerja akun pensiun mereka, biaya apa saja yang dikenakan, dan bagaimana mengevaluasi saran keuangan. 

Akibatnya, mereka terjebak produk keuangan dengan biaya tinggi, asuransi tak perlu, dan saran yang bertentangan.

Untungnya, kini literasi keuangan bisa diakses dengan mudah melalui buku, kursus daring, dan situs keuangan terpercaya. 

Mulailah dari dasar seperti membuat anggaran, mengelola utang, dan memahami investasi. Seperti yang dikatakan Buffett, berinvestasilah pada dirimu sendiri terlebih dahulu—hasilnya adalah dividen terbaik sepanjang hidup.

Tonton: Cadangan Minyak Nasional Capai 4,3 Miliar Barel Per Mei 2025

5. Mengorbankan Keamanan Masa Depan Demi Kenikmatan Sesaat

"Seseorang bisa berteduh hari ini karena seseorang telah menanam pohon sejak lama." – Warren Buffett

Tantangan terbesar dalam keuangan pribadi sering kali terletak pada kemampuan menyeimbangkan kebutuhan saat ini dengan keamanan masa depan. 

Banyak keluarga kelas menengah yang menunda menabung untuk pensiun, membangun dana darurat, atau perencanaan jangka panjang lainnya demi konsumsi jangka pendek.

Fokus jangka pendek ini sangat berisiko. Setiap dekade penundaan menabung untuk pensiun bisa menggandakan jumlah iuran bulanan yang diperlukan demi mencapai target yang sama. Penundaan seperti ini bisa sangat mahal.

Kesuksesan Buffett sebagian besar berasal dari pola pikir jangka panjang. Ia menilai bisnis berdasarkan potensi dekade mendatang, bukan laporan triwulan. 

Keputusan finansialnya pun mempertimbangkan generasi masa depan. Meskipun tidak populer di era instan seperti sekarang, pendekatan ini terbukti menghasilkan hasil keuangan yang jauh lebih baik.

Menemukan keseimbangan berarti menetapkan tujuan jangka panjang yang jelas, lalu mengatur sistem otomatis agar dana tetap teralokasi meski kebutuhan jangka pendek tetap terpenuhi. 

Pengorbanan kecil hari ini dapat menghasilkan kebebasan finansial yang luar biasa di masa depan. Dengan memprioritaskan keamanan keuangan jangka panjang, keluarga kelas menengah bisa memutus siklus tekanan ekonomi dan membangun kesejahteraan berkelanjutan.

Selanjutnya: Jadwal La Liga Spnayol 2025-2026 Pekan Pertama Ada Laga Mallorca vs Barcelona

Menarik Dibaca: Cryo Slimming Pro for Body: Solusi Nyaman Kurangi Lemak Tubuh dari Eva Mulia Clinic


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×