kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

600 Warganya Tewas, Israel Deklarasikan Perang Melawan Hamas!


Senin, 09 Oktober 2023 / 03:00 WIB
600 Warganya Tewas, Israel Deklarasikan Perang Melawan Hamas!


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - TEL AVIV. Serangan mendadak dari Jalur Gaza oleh Hamas, membuat Pemerintah Israel berang. Israel secara resmi mendeklarasikan perang pada hari Minggu (8/10/2023). 

Tidak hanya itu, melansir AP, pemerintah Israel juga memberikan lampu hijau untuk langkah militer yang signifikan demi  membalas Hamas. Langkah-langkahnya tidak ditentukan. Akan tetapi deklarasi tersebut tampaknya memberikan mandat yang luas kepada militer dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Berbicara di televisi nasional pada hari Sabtu, Netanyahu bersumpah bahwa Hamas akan menanggung akibat yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Dia lebih lanjut memperingatkan: “Perang ini akan memakan waktu. Ini akan sulit.”

Dalam sebuah pernyataan, Israel mengatakan tujuannya adalah menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas sehingga organisasi tersebut tidak bisa mengancam Israel selama bertahun-tahun.

Deklarasi Israel ini menandakan akan terjadinya pertempuran yang lebih besar di masa depan seiring dengan terus bertambahnya jumlah korban konflik. Diberitakan, 900 orang tewas dan ribuan luka-luka dari kedua sisi.

Baca Juga: Militer Israel dan Hezbollah Saling Bertukar Tembakan Artileri dan Roket

Setidaknya 600 orang dilaporkan tewas di Israel. Ini merupakan jumlah yang sangat besar yang belum pernah dialami negara ini selama beberapa dekade terakhir. Sebagai perbandingan, lebih dari 300 orang tewas di Gaza ketika serangan udara Israel menghantam wilayah tersebut.

Beberapa media Israel, mengutip pejabat layanan penyelamatan, dari 600 orang tewas di Israel, 44 di antaranya adalah tentara. Sementara, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 313 orang, termasuk 20 anak-anak, tewas di wilayah tersebut. 

Sekitar 2.000 orang terluka di masing-masing pihak. Seorang pejabat Israel mengatakan pasukan keamanan telah membunuh 400 militan dan menangkap puluhan lainnya.

Hingga kini, Israel masih mencoba menghitung berapa banyak warga sipil dan tentara yang ditangkap oleh pejuang Hamas selama kekacauan tersebut dan dibawa kembali ke Gaza. Dari video dan saksi, diketahui para tawanan tersebut antara lain perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.

Sehari setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke luar Gaza, pasukan Israel masih berusaha menghancurkan kelompok pejuang militan terakhir yang bersembunyi di beberapa kota di Israel selatan. 

Baca Juga: Serangan Besar Pejuang Hamas ke Wilayah Pendudukan Israel Gemparkan Dunia

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Andrew Blinken di acara ABC “This Week” mengatakan sebanyak 1.000 pejuang Hamas terlibat dalam serangan tersebut.  Angka ini terbilang tinggi, yang menggarisbawahi besarnya perencanaan yang dilakukan kelompok militan yang menguasai Gaza. 

Pasukan bersenjata menembak secara membabi buta selama berjam-jam. Mereka menembaki warga sipil di kota-kota, di sepanjang jalan raya dan di festival musik techno yang diadakan di gurun dekat Gaza.

Warga sipil di kedua pihak sudah menanggung akibat yang sangat besar atas serangan tersebut.

Pasca serangan, warga Israel tampak mengantre di luar kantor polisi pusat Israel dengan tujuan untuk memberikan sampel DNA dan sarana lain yang dapat membantu mengidentifikasi anggota keluarga yang hilang. 

Berita TV Israel menayangkan serangkaian laporan dari kerabat warga Israel yang ditawan atau hilang. Banyak dari kerabat mereka yang menangis dan memohon bantuan serta informasi.

Di Gaza, daerah kantong kecil berpenduduk 2,3 juta orang yang ditutup oleh blokade Israel-Mesir selama 16 tahun sejak pengambilalihan Hamas, warga khawatir akan terjadinya serangan yang lebih gencar. Serangan Israel meratakan sejumlah bangunan tempat tinggal. 

Lebih dari 20.000 orang yang meninggalkan rumah mereka. Masyarakat lebih memilih untuk berkumpul dan memadati sekolah-sekolah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina.

Baca Juga: Ada Niat Apa di Balik Kesepakatan Arab Saudi dan Israel?

Cemas akan meluasnya konflik

Baku tembak di Israel utara dengan kelompok militan Lebanon Hizbullah menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik. 

Hizbullah menembakkan puluhan roket dan peluru pada hari Minggu ke tiga posisi Israel di daerah sengketa di sepanjang perbatasan. Adapun militer Israel membalas serangan dengan menggunakan drone bersenjata. 

Militer Israel mengatakan situasinya tenang setelah baku tembak.

Hizbullah - yang didukung Iran- diperkirakan memiliki puluhan ribu roket. Sejak perang brutalnya dengan Israel pada tahun 2006, Hizbullah tetap berada di pinggir lapangan di tengah pecahnya pertempuran Israel-Hamas. Namun jika kehancuran di Gaza meningkat, maka akan ada tekanan untuk melakukan intervensi.

Pertanyaan besarnya adalah apakah Israel akan melancarkan serangan darat ke Gaza, sebuah tindakan yang di masa lalu telah menimbulkan banyak korban jiwa.

Baca Juga: Pejabat ISIS Dijatuhi Hukuman Penjara 160 Tahun Oleh Pengadilan Militer Lebanon

Menurut Yohanan Plesner, kepala Institut Demokrasi Israel, deklarasi perang yang diumumkan oleh Kabinet Keamanan Israel sebagian besar bersifat simbolis. 

Dia menambahkan, hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah menganggap saat ini negara sedang memasuki periode perang yang lebih panjang, intens, dan signifikan.

Israel telah melakukan kampanye militer besar-besaran selama empat dekade terakhir di Lebanon dan Gaza yang digambarkan sebagai perang, namun tanpa deklarasi resmi.

Warga Israel masih belum pulih dari kejutan serangan Hamas. Para pejuang kelompok tersebut menerobos pagar keamanan Israel yang mengelilingi Jalur Gaza pada Sabtu pagi. Mereka datang dengan menggunakan sepeda motor dan truk pickup, bahkan paralayang dan speedboat di pantai.

Tingginya angka kematian dan lambatnya respons terhadap serangan tersebut menunjukkan kegagalan intelijen Israel yang besar dan melemahkan persepsi lama bahwa Israel mempunyai mata dan telinga setiap saat.

Mengapa Hamas menyerang sekarang?

Melansir CBS News, serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel terjadi pada saat negara tersebut menghadapi perpecahan politik dalam negeri yang bersejarah, meningkatnya kekerasan di Tepi Barat, dan negosiasi berisiko tinggi antara Israel, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.

Setelah anggotanya membunuh 200 warga Israel dan menculik puluhan lainnya, Hamas mengklaim pihaknya membalas dendam atas serangkaian tindakan Israel baru-baru ini di masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan di Tepi Barat. 

Namun pemerintahan koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah melakukan peningkatan tindakan keras terhadap apa yang dikatakannya sebagai peningkatan serangan teror Palestina selama lebih dari setahun.

Mantan perwira intelijen dan militer AS mengatakan mereka yakin waktu serangan Hamas terutama ditujukan untuk mengganggu negosiasi antara Israel dan Arab Saudi ketika Riyadh berada di ambang langkah bersejarah untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

"Iran berusaha untuk memberikan tekanan pada musuh bebuyutan mereka, Israel, dengan serangan ini," kata pensiunan Laksamana Angkatan Laut James Stavridis, mantan komandan NATO.

Baca Juga: Investor Pilih Safe Haven Efek dari Serangan Hamas

Dalam sebuah wawancara dengan Lester Holt dari NBC News bulan lalu, Presiden Iran Ebrahim Raisi berkata, “Kami menentang hubungan bilateral apa pun antara negara-negara regional kami dan rezim Zionis,” merujuk pada Israel. 

Raisi menambahkan, “Kami yakin rezim Zionis bermaksud menormalisasi hubungan bilateral dengan negara-negara kawasan untuk menciptakan keamanan bagi dirinya sendiri di kawasan.”

Dalam beberapa pekan terakhir, diplomat dari AS, Israel, dan Arab Saudi mengatakan kepada NBC News bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Presiden AS Joe Biden semuanya telah menyatakan dukungannya terhadap perjanjian yang akan mengakibatkan Arab Saudi mengakui Israel secara diplomatis.

Para diplomat mengatakan bahwa jika Arab Saudi setuju untuk mengakui Israel, maka negara-negara Arab lainnya juga akan melakukan hal yang sama. Serangkaian perjanjian semacam itu akan mengakhiri permusuhan selama puluhan tahun antara Israel dan negara-negara tetangganya sejak tahun 1948.

Namun ketiga pihak mempunyai persyaratan yang rumit untuk mencapai kesepakatan tersebut. Bertentangan dengan penguasa Saudi di masa lalu, bin Salman telah mengisyaratkan bahwa ia bersedia mengakui Israel, mengingat besarnya manfaat ekonomi yang akan diberikannya kepada Arab Saudi. 

Sebelum serangan Hamas, ada laporan bahwa Arab Saudi telah mengatakan kepada Gedung Putih bahwa mereka akan setuju untuk meningkatkan produksi minyaknya untuk membantu memperkuat kesepakatan, sesuatu yang telah diupayakan oleh Gedung Putih selama dua tahun.

Namun Saudi ingin AS membantu mereka mengembangkan program nuklir sipil, sesuatu yang ditentang oleh anggota koalisi sayap kanan Netanyahu dan anggota Senat AS, yang harus menyetujui kesepakatan semacam itu.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×