Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan pada Rabu (5/8/2020) bahwa Amerika Serikat akan mengajukan resolusi Dewan Keamanan PBB minggu depan yang menyerukan perpanjangan embargo senjata terhadap Iran.
Berbicara kepada wartawan, Pompeo mengatakan bahwa dengan satu atau lain cara, pemerintahan Trump akan memastikan embargo PBB diperpanjang dan mengatakan dia yakin upaya itu akan berhasil. Tapi dia tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana AS akan mencapai hal tersebut.
Baca Juga: Corona di Iran: Satu orang meninggal setiap tujuh menit
Pada Juni lalu, AS mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran sebelum masa embargo itu berakhir pada Oktober. Terkait hal tersebut, Rusia mengecam kebijakan Washington dan mengatakan aksi AS seperti "meletakkan lutut" ke leher Teheran.
Melansir Reuters, Amerika Serikat telah mengedarkan rancangan resolusi kepada dewan keamanan PBB beranggotakan 15 negara yang akan memperpanjang tanpa batas embargo senjata terhadap Teheran. Akan tetapi, sejumlah anggota dewan yang memiliki hak veto seperti Rusia dan China, telah mengisyaratkan langkah oposisi terhadap proposal tersebut.
Baca Juga: Rusia ingatkan Amerika Serikat agar tidak nekat serang Iran
"Jangan hanya melihatnya dari Amerika Serikat, dengarkan juga negara-negara di kawasan ini. Dari Israel ke Teluk, negara-negara di Timur Tengah - yang paling terpapar oleh predasi Iran - berbicara dengan satu suara: Perpanjang embargo senjata," jelas Pompeo dalam pertemuan Dewan Keamanan yang dilakukan virtual pada waktu itu.
Mengutip Reuters, pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah lama berpendapat bahwa embargo senjata terhadap Iran tidak boleh dicabut. Embargo senjata akan berakhir pada pertengahan Oktober di bawah kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan Inggris, Jerman, Prancis, China, Rusia dan pemerintahan pendahulu Trump, Barack Obama.
Baca Juga: Iran: Saksikan rudal pertama dari kedalaman bumi!
Sejak Trump menjabat pada tahun 2017, pemerintahannya telah berhenti dari kesepakatan nuklir dan terus meningkatkan sanksi terhadap Iran dalam apa yang digambarkan Washington sebagai pendekatan tekanan maksimum.
Berbicara kepada dewan, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menggambarkan kebijakan itu sebagai "kebijakan dengan tenaga cekik maksimum."
Baca Juga: Latihan militer Iran pamerkan rudal untuk mengancam AS dan Israel
"Tugasnya adalah mencapai perubahan rezim atau menciptakan situasi di mana Iran benar-benar tidak akan bisa bernafas. Ini seperti meletakkan lutut ke leher seseorang," katanya dalam referensi terselubung tentang kematian seorang pria kulit hitam di Minneapolis setelah seorang polisi kulit putih berlutut di lehernya. Kematian George Floyd memicu protes di seluruh Amerika Serikat dan di seluruh dunia.