Sumber: Reuters | Editor: Lamgiat Siringoringo
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Dewan Perawat Internasional atau International Council of Nurses (ICN) menyebutkan setidaknya 90.000 pekerja di layanan kesehatan terinfeksi virus corona (covid-19). Mengutip Reuters, Rabu (6/5), ICN juga menyebutkan data itu bisa dua kali lipat.
Corona ini sendiri telah menewaskan lebih dari 260 perawat, ujar ICN dalam sebuah pernyataan. Organisasi ini mendesak pihak berwenang untuk menyimpan catatan yang lebih akurat untuk membantu mencegah virus menyebar di antara staf dan pasien.
Asosiasi yang bermarkas di Jenewa itu mengatakan sebulan lalu bahwa ada 100 perawat telah tewas. "Angka untuk infeksi pekerja perawatan kesehatan telah meningkat dari 23.000 hingga kita berpikir lebih dari 90.000, tetapi itu masih di bawah perkiraan karena tidak (mencakup) setiap negara di dunia," Howard Catton, Kepala Eksekutif ICN.
Perkiraan 90.000 tenaga medis berdasarkan informasi yang dikumpulkan pada 30 negara dari asosiasi keperawatan nasional, tokoh pemerintah dan laporan media. ICN sendiri mewakili 130 asosiasi nasional dan lebih dari 20 juta perawat terdaftar.
Catton, mencatat bahwa 3,5 juta kasus COVID-19 telah dilaporkan di seluruh dunia, mengatakan: “Jika rata-rata tingkat infeksi petugas kesehatan, sekitar 6 persen menurut kami, diterapkan untuk itu, angka tersebut secara global dapat lebih dari 200.000 infeksi petugas kesehatan hari ini,” ujarnya.
“Skandal itu adalah bahwa pemerintah tidak secara sistematis mengumpulkan dan melaporkan informasi ini. Tampaknya bagi kami seolah-olah mereka menutup mata yang menurut kami benar-benar tidak dapat diterima dan akan menelan lebih banyak korban jiwa, ”tambah Catton, warga Inggris, menambahkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mengoordinasikan respons global terhadap pandemi ini, mengatakan bahwa 194 negara anggotanya tidak memberikan angka komprehensif tentang infeksi pekerja kesehatan karena mereka bergulat dengan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
WHO terakhir mengatakan pada 11 April bahwa sekitar 22.000 tenaga kesehatan diperkirakan telah terinfeksi. “Kegagalan untuk mencatat tingkat infeksi dan kematian di antara petugas layanan kesehatan membuat lebih banyak perawat dan pasien mereka dalam bahaya,” kata Catton.