Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Hong Kong Airlines akan memecat sekitar 400 karyawan. Melansir South China Morning Post (SCMP) yang mengutip dua sumber yang mengetahui rencana tersebut, langkah ini diambil perusahaan setelah wabah virus corona menambah masalah keuangan bagi maskapai itu.
Maskapai yang dikendalikan oleh HNA Group konglomerat China ini, juga akan meminta staf yang tersisa untuk mengambil setidaknya dua bulan cuti tanpa dibayar, kata SCMP.
Surat kabar itu melaporkan bahwa sebagian besar pemutusan hubungan kerja akan diterapkan kepada pilot dan awak kabin. Selain itu staf Hong Kong Airlines juga telah diperingatkan tentang kemungkinan lebih banyak peran yang akan dipangkas seiring menyusutnya operasi perusahaan.
Baca Juga: Virus corona meredupkan bisnis, merek-merek global gugup dan panik
Hong Kong Airlines berencana untuk memotong operasi hariannya dari 82 penerbangan menjadi hanya 30, mulai 11 Februari hingga Maret mendatang, SCMP melaporkan.
Perwakilan dari Hong Kong Airlines tidak segera menanggapi pertanyaan Reuters untuk memberikan penjelasan.
Baca Juga: Penerbangan dari Toronto batal karena seorang penumpang mengaku terinfeksi corona
Beberapa maskapai telah menangguhkan penerbangan ke China setelah mewabahnya virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 31.000 orang dan menewaskan 636 nyawa di daratan China.
Pada awal pekan ini, pesaing yang lebih besar dari Hong Kong Airlines, Cathay Pacific Airways, juga meminta karyawannya untuk mengambil cuti selama tiga minggu tanpa bayaran, dengan mengatakan bahwa menjaga uang tunai adalah kunci utama bisnis dan bahwa kondisinya sangat buruk selama krisis keuangan 2009 akibat wabah virus.
Baca Juga: Ini lima industri yang diramal bakal anjlok akibat virus corona
Baik Cathay dan Hong Kong Airlines telah bergulat dengan penurunan tajam tingkat permintaan penerbangan sejak pertengahan tahun lalu karena meluasnya protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Hong Kong Airlines berjuang secara finansial bahkan sebelum protes anti-pemerintah pecah di negara tersebut. Pada bulan Desember, operator terpaksa menyusun rencana untuk mengumpulkan uang dan mempertahankan tingkat uang tunai karena menghadapi kemungkinan penangguhan lisensi oleh regulator transportasi udara kota.