kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aktivitas Bergeliat Lagi, Warga China: Kami Bebas Sekarang


Selasa, 03 Januari 2023 / 06:47 WIB
Aktivitas Bergeliat Lagi, Warga China: Kami Bebas Sekarang
ILUSTRASI. Sejumlah masyarakat di kota-kota China seperti Beijing, Shanghai, dan Wuhan melawan hawa dingin dan peningkatan infeksi COVID-19 untuk kembali ke aktivitas seperti biasa pada Senin (21/2023). REUTERS TV via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Liburan terbesar China, Tahun Baru Imlek, dimulai pada 21 Januari tahun ini. Media CCTV melaporkan, jaringan kereta api diharapkan dapat mengangkut 5,5 juta penumpang.

Seiring meningkatnya harapan untuk perjalanan liburan, pihak berwenang di Istana Potala yang spektakuler di Tibet mengatakan lokasi wisata itu akan dibuka untuk pengunjung mulai 3 Januari, setelah ditutup Agustus lalu karena wabah COVID-19.

Beberapa hotel di resor wisata selatan Sanya sudah penuh dipesan untuk Tahun Baru Imlek, kata media.

Dalam beberapa hari terakhir, media pemerintah berupaya meyakinkan publik bahwa wabah COVID-19 telah terkendali dan mendekati puncaknya.

Menurut kantor berita Caixin pada hari Minggu, mengutip para peneliti, infeksi di kota-kota Beijing, Guanzhou, Shanghai dan Chongqing hampir berakhir.

Tetapi infeksi akan memuncak di daerah perkotaan Sichuan, Shaanxi, Gansu dan Qinghai pada paruh kedua Januari, tambah mereka.

Lebih dari 80% dari mereka yang tinggal di Sichuan barat daya telah terinfeksi, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit provinsi itu.

Tetapi angka kematian COVID baru sebanyak 1 kasus pada hari Senin di antara populasi China yang berjumlah 1,4 miliar tidak sesuai dengan pengalaman negara lain setelah dibuka kembali.

Baca Juga: Xi Jinping Memantapkan Cengkeraman Kekuasaan Selama 2022 yang Penuh Gejolak

Jumlah kematian resmi China akibat COVID mencapai 5.250 kasus sejak pandemi dimulai. Angka ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lebih dari 1 juta kematian di Amerika Serikat. Hong Kong yang dikuasai China, sebuah kota berpenduduk 7,4 juta, telah melaporkan lebih dari 11.000 kematian.

Sementara itu, firma data kesehatan Airfinity pekan lalu mengatakan, sekitar 9.000 orang di China mungkin meninggal setiap hari akibat COVID. Sedangkan kematian kumulatif sejak 1 Desember mungkin mencapai 100.000, dengan infeksi mencapai 18,6 juta.

Airfinity, yang berbasis di Inggris, memperkirakan kasus COVID China mencapai puncak pertamanya pada 13 Januari, dengan 3,7 juta infeksi setiap hari.

China mengatakan hanya menghitung kematian pasien COVID yang disebabkan oleh pneumonia dan gagal napas terkait dengan COVID. Angka kematian yang relatif rendah juga tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan rumah duka di beberapa kota.

Qatar pada hari Senin bergabung dengan daftar negara yang memberlakukan tes COVID untuk pelancong dari China karena kekhawatiran tentang skala wabah baru dan skeptisisme terhadap statistik kesehatan Beijing. Sebelumnya, langkah ini sudah dilakukan oleh Amerika Serikat, India, Australia, dan lainnya. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×