Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Presiden China Xi Jinping mendapatkan masa jabatan kepemimpinan ketiga yang bersejarah pada Oktober 2022. Xi muncul sebagai penguasa China yang paling kuat sejak Mao Zedong.
Ia didukung oleh Komite Tetap Politbiro yang ditumpuk dengan sekutu dan tidak ada penerus yang menunggu untuk menantangnya.
Itu adalah sorotan langka bagi Xi pada tahun 2022, tahun yang penuh gejolak yang diakhiri dengan protes jalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya diikuti oleh pembalikan tiba-tiba dari kebijakan nol-COVID dan infeksi virus corona yang mengamuk di negara terpadat di dunia itu.
Baca Juga: Melabrak Tradisi, Loyalis Xi Dipastikan Jadi Perdana Menteri China Tanpa Jadi Wakil
Sementara belum tercapainya kebijakan Nol Covid dan pengetatan di China yang menghancurkan ekonomi tidak banyak mengganggu perjalanan Xi menuju lima tahun lagi sebagai sekretaris jenderal Partai Komunis yang berkuasa.
Perekonomian China berada di jalur yang tepat untuk tumbuh sekitar 3% pada tahun 2022, jauh dari target resminya sekitar 5,5%, karena wabah COVID negara tersebut menghambat konsumsi dan mengganggu rantai pasokan, sementara krisis di sektor properti yang masif terus membebani.
Hubungan Beijing dengan Barat memburuk, diperburuk oleh kemitraan "tanpa batas" Xi dengan Moskow yang terjadi tepat sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari, serta meningkatnya ketegangan atas Taiwan yang didukung AS, yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya.
Baca Juga: Ini Strategi Taiwan Memperkuat Pertahanannya Jika Terjadi Serangan dari Beijing
Xi bepergian ke luar negeri untuk pertama kalinya sejak dimulainya pandemi, bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan September. Pada bulan November, dia bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di G20 di Indonesia karena kedua belah pihak berusaha untuk menstabilkan hubungan.
Tidak lama setelah itu, pengunjuk rasa di kota-kota di seluruh China turun ke jalan menentang hampir tiga tahun pengendalian Covid-19 yang mencekik yang merupakan kebijakan khas Xi. Protes yang meluas seperti itu adalah yang pertama di China sejak 1989.
Protes tersebut direspons dengan pembalikan kebijaakn yang tiba-tiba dan tak terduga. China pada awal Desember mencabut sebagian besar kontrol Covid-nya karena kasus di kota-kota termasuk Beijing melonjak, meskipun ada peringatan dari para ahli global tentang cakupan vaksin yang tidak memadai dan sistem kesehatan yang tidak siap untuk mengatasi ledakan infeksi.