Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas manufaktur China secara tak terduga mengalami kontraksi pada Januari, menurut survei resmi yang dirilis pada Senin (27/1), mencapai level terendah sejak Agustus.
Kondisi ini memperkuat seruan untuk stimulus ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Indeks manajer pembelian (PMI) resmi turun ke 49,1 pada Januari dari 50,1 pada Desember, berada di bawah batas 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi, sekaligus meleset dari perkiraan median sebesar 50,1 dalam jajak pendapat Reuters.
Baca Juga: Apa Makna Angpao Na Lai? Ini Arti, Tujuan, Aturan, dan Cara Membalasnya
Ekonomi China senilai US$18 triliun berhasil mencapai target pertumbuhan pemerintah sebesar "sekitar 5%" pada 2024, tetapi dengan pola yang timpang.
Ekspor dan output industri melampaui penjualan ritel, sementara tingkat pengangguran tetap tinggi.
Ancaman Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif hukuman 10% pada impor dari China mulai 1 Februari, sebagai tekanan agar Beijing menindak peredaran prekursor kimia fentanyl, menyoroti ketergantungan ekonomi China pada ekspor sebagai pendorong pertumbuhan.
Baca Juga: Laba Industri China Anjlok 3,3% pada 2024, Penurunan Tahun Ketiga
Ketergantungan pada Ekspor dan Dampaknya di Dalam Negeri
China mencatat surplus perdagangan hampir US$1 triliun tahun lalu, produsen berusaha mengalihkan stok ke pasar luar negeri untuk mengatasi lemahnya permintaan domestik.
Pengiriman keluar negara itu semakin didukung oleh deflasi harga produsen dan nilai yuan yang lemah, yang membuat produk China lebih kompetitif di pasar global.
Namun, di dalam negeri, harga yang terus menurun telah menggerus keuntungan perusahaan dan pendapatan pekerja.
Sementara itu, PMI non-manufaktur, yang mencakup sektor jasa dan konstruksi, melambat menjadi 50,2 dari 52,2 pada Desember, menunjukkan pertumbuhan yang hampir terhenti.
Baca Juga: Arti Gong Xi Fa Cai Bukan Ucapan Tahun Baru Imlek, Ini Arti dan Penggunaannya
Kebutuhan akan Stimulus Ekonomi
Para pembuat kebijakan telah berjanji untuk meluncurkan stimulus tambahan pada 2025, tetapi analis khawatir fokusnya akan tetap pada peningkatan industri dan infrastruktur, bukan pada rumah tangga.
Langkah ini dikhawatirkan dapat memperburuk kapasitas berlebih di pabrik, melemahkan konsumsi, dan meningkatkan tekanan deflasi.
Beijing telah berjanji untuk memprioritaskan revitalisasi permintaan domestik, tetapi hingga kini hanya meluncurkan program subsidi tukar-tambah yang diperluas untuk pembelian mobil, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lainnya.
Pemimpin China juga berharap langkah-langkah dukungan kebijakan yang diperkenalkan akhir tahun lalu akan meningkatkan permintaan di sektor properti yang sedang berjuang.
Baca Juga: Tanggal Pernikahan Terbaik Menurut Kalender China Jatuh pada Bulan Agustus lo
Serta meringankan kesulitan keuangan pengembang yang memiliki dampak signifikan terhadap permintaan domestik dan keuangan pemerintah daerah.
Meningkatkan konsumsi rumah tangga di China akan mengurangi ketergantungan produsen terhadap ekspor yang terancam oleh ancaman tarif Trump, yang selama kampanye pemilihannya menyebutkan tarif bisa mencapai 60%.
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PMI sektor swasta Caixin tetap berada di angka 50,5. Data tersebut akan dirilis pada 31 Januari.