Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas sektor manufaktur Jepang kembali mengalami kontraksi lebih dalam pada September 2025, dengan laju penurunan tercepat dalam enam bulan terakhir, dipicu oleh berlanjutnya penurunan pesanan baru, menurut survei sektor swasta yang dirilis Rabu (24/9/2025).
Indeks Manufaktur Purchasing Managers’ Index (PMI) Jepang versi S&P Global tercatat turun menjadi 48,4 pada September, dari 49,7 pada Agustus.
Angka ini semakin menjauh dari ambang batas 50,0 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi, sekaligus menjadi level terendah sejak Maret.
Baca Juga: Topan Super Ragasa Lumpuhkan Hong Kong, Taiwan Catat 14 Korban Jiwa
Survei juga mencatat, indeks output manufaktur turun ke posisi terendah enam bulan, sementara indeks pesanan baru merosot ke titik terlemah dalam lima bulan terakhir.
Beberapa perusahaan mengaitkan penurunan pesanan dengan kebijakan persediaan yang lebih hati-hati di tengah kondisi pasar yang menantang, sehingga berdampak pada turunnya produksi.
Namun, penurunan pesanan ekspor sedikit mereda dibandingkan level terendah 17 bulan pada Agustus.
Prospek ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor tetap tidak pasti, terutama akibat kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) serta ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral.
Di sisi lain, tekanan biaya bagi produsen mulai berkurang. Inflasi harga input melemah ke level terendah sejak awal 2021, meski inflasi harga output justru meningkat dibanding Agustus.
Baca Juga: Daftar 157 Negara yang Sudah Mengakui Palestina hingga Tahun 2025
Sektor jasa menunjukkan tren yang lebih positif. PMI jasa tercatat 53,0 pada September, sedikit turun dari 53,1 pada Agustus, dan tetap berada di wilayah ekspansi selama enam bulan berturut-turut.
“Survei menunjukkan bahwa sektor jasa masih menjadi motor utama pertumbuhan, dengan peningkatan aktivitas yang solid sehingga membantu menutup penurunan produksi manufaktur,” ujar Annabel Fiddes, Associate Director Ekonomi di S&P Global Market Intelligence.
Sektor jasa didukung permintaan domestik yang kuat, meski menghadapi tekanan dari melemahnya pesanan ekspor.
Lapangan kerja di sektor jasa juga naik tipis, menutup penurunan tenaga kerja manufaktur yang pada September mencatat kontraksi pertama sejak November tahun lalu.
Baca Juga: Harga BBM di Malaysia Sangat Murah, Jauh Di Bawah Pertalite Pertamax & Shell
Adapun PMI komposit, yang menggabungkan sektor manufaktur dan jasa, turun ke 51,1 pada September dari 52,0 pada Agustus yang sebelumnya merupakan level tertinggi enam bulan.
Angka ini menandai perlambatan pertumbuhan aktivitas bisnis secara keseluruhan ke level terendah sejak Mei.