Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – SEOUL. Aktivitas manufaktur Korea Selatan masih menunjukkan kontraksi pada Juni 2025, menandai bulan kelima berturut-turut penurunan.
Namun, laju pelemahan tercatat mulai melambat, seiring membaiknya prospek ekonomi domestik di bawah pemerintahan baru, menurut hasil survei bisnis yang dirilis Selasa (1/7).
Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor manufaktur Korea Selatan yang disusun S&P Global naik tipis menjadi 48,7 pada Juni dari 47,7 pada Mei.
Baca Juga: Kim Jong-un Sedih dan Menangis, Ini Penyebabnya
Meski demikian, indeks ini masih berada di bawah ambang batas 50 yang memisahkan antara ekspansi dan kontraksi, sejak Februari lalu.
“Produksi dan penjualan manufaktur masih menurun, namun laju penurunan lebih lambat dibanding bulan sebelumnya, karena sejumlah perusahaan melaporkan adanya perbaikan permintaan di pasar domestik,” ujar Usamah Bhatti, ekonom di S&P Global Market Intelligence.
Sentimen konsumen Korea Selatan sendiri mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir pada Juni, ditopang stabilitas politik usai pemilihan presiden mendadak yang berlangsung pada 3 Juni lalu dan mengakhiri enam bulan ketidakpastian politik, menurut survei terpisah dari bank sentral.
Dalam survei terbaru ini, sentimen bisnis terhadap prospek output dalam 12 bulan ke depan meningkat dibanding bulan sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak Mei 2024, seiring berkurangnya kekhawatiran terhadap risiko ekonomi global.
Baca Juga: Daftar 3 Drama Korea Terbaru Netflix Juli 2025, Ada Jadwal Tayang Trigger
Namun demikian, meskipun penurunan output dan pesanan baru mulai mereda, pesanan ekspor baru justru tercatat melemah lebih cepat akibat penurunan permintaan dari pasar utama seperti Jepang, China, dan Amerika Serikat (AS).
Pemerintahan baru Korea Selatan di bawah Presiden Lee Jae Myung telah menjanjikan sejumlah langkah jangka pendek untuk mendukung perekonomian nasional, sembari terus melanjutkan negosiasi tarif dengan Amerika Serikat.
Seorang pejabat senior perdagangan Korea Selatan menyatakan pada Senin (30/6) bahwa Seoul akan mengupayakan perpanjangan masa tenggang 90 hari atas tarif AS, yang dijadwalkan berakhir pekan depan, mengingat pembicaraan diperkirakan akan terus berlanjut melewati tenggat waktu tersebut.