kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Alat rapid test murah Rp 75.000 dari WHO, hasilnya bisa diketahui dalam 15 menit


Kamis, 01 Oktober 2020 / 07:18 WIB
Alat rapid test murah Rp 75.000 dari WHO, hasilnya bisa diketahui dalam 15 menit
ILUSTRASI. WHO mengatakan, sekitar 120 juta alat tes diagnostik cepat untuk virus corona akan tersedia untuk negara miskin.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JENEWA/LONDON. Sekitar 120 juta alat tes diagnostik cepat untuk virus corona akan tersedia untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tidak hanya itu, harga alat ini pun dibanderol dengan sangat murah, yakni US$ 5 atau setara Rp 75.000 (kurs Rp 14.900). 

Melansir Reuters, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ketersediaan yang lebih luas dari alat pengujian cepat, andal dan murah akan membantu 133 negara untuk melacak infeksi dan menahan penyebaran, dan menutup kesenjangan dengan negara kaya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pabrikan Abbott ABT.N dan SD Biosensor telah sepakat bekerja sama dengan Bill & Melinda Gates Foundation untuk memproduksi 120 juta alat tes diagnostik Covid-19 cepat yang baru, sangat portabel dan mudah digunakan ini. Bahkan alat ini dijanjikan akan tersedia dalam jangka waktu enam bulan.

Reuters memberitakan, Tedros mengatakan pada konferensi pers di Jenewa bahwa alat tes tersebut saat ini dihargai maksimal US$ 5. Namun, diharapkan harganya bisa lebih murah.

Baca Juga: Jumlah kematian Covid-19 capai 1 juta, Sekjen PBB: Ini pencapaian yang buruk

“Ini akan memungkinkan perluasan pengujian, terutama di daerah yang sulit dijangkau yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau petugas kesehatan yang cukup terlatih untuk melakukan pengujian. Ini adalah tambahan penting untuk kapasitas pengujian dan terutama penting di area transmisi tinggi," kata Tedros seperti yang dikutip Reuters.

Catharina Boehme, kepala eksekutif dari Foundation for Innovative New Diagnostics (FIND), sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Jenewa dalam proyek tersebut, mengatakan kesepakatan itu adalah "tonggak utama" karena saat ini merupakan hal yang mendesak untuk meningkatkan pengujian di negara-negara miskin.

Baca Juga: Angka kematian akibat virus corona yang kecil di Afrika buat peneliti kebingungan



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×