Reporter: Dyah Megasari, BBC |
NEW YORK. Microsoft akhirnya membenarkan aksi korporasi berupa akuisisi saham milik Skype. Perusahaan piranti lunak itu akan merogoh duit hingga US$ 8,5 miliar atau setara dengan Rp 72 triliun. Dengan mengakuisisi Skype, ini merupakan akuisisi terbesar yang pernah dilakukan oleh Microsoft.
Informasi saja, Skype yang merupakan perusahaan layanan telepon lewat internet ini memiliki 663 juta pengguna yang tersebar di seluruh dunia.
Rumah lelang internet eBay sebelumnya pernah membeli Skype seharga US$ 2,6 miliar atau setara dengan Rp 22 triliun tahun 2006. Namun eBay, menjual 70% akuisisinya seharga US$ 2 miliar pada tahun 2009.
Pembelian saham mayoritas ini dilakukan oleh sekelompok investor dipimpin oleh firma ekuitas Silver Lake and Andreessen Horowit. Pemegang saham utama lain adalah perusahaan teknologi Joltid serta Badan Investasi Pensiun Kanada.
Saham Microsoft langsung terpangkas 0,5% ke US$ 25,68 pada penutupan perdagangan bursa New York. Sebaliknya saham eBay, yang punya saham di Skype, melonjak hingga 2,5%.
Harga kesepakatan terlalu mahal
CEO Microsoft Steve Ballmer menjelaskan alasan akuisisi itu karena Skype adalah layanan fenomenal yang disukai jutaan orang di seluruh dunia. "Kami akan menciptakan komunikasi real-time masa depan sehingga orang bisa terus terhubung dengan keluarga, teman, klien dan kolega di mana saja berada," ujarnya, Rabu (11/5).
Skype akan menjadi divisi baru di bawah Microsoft, sementara CEO-nya, Tony Bates, akan tetap memimpin perusahaan ini dan bertanggungjawab langsung pada Ballmer.
Colin Gillis, analis BGC Financial mengatakan, akuisisi ini merupakan langkah strategis sekaligus pertahanan Microsoft.
"Jika perusahaan ini bisa mengembangkan sistem yang ada di Skype pada Windows 8, jelas Microsoft akan unggul. Hal ini akan membantu mereka masuk ke pasar tablet," kata Gillis.
Direktur pelaksana RedTech Advisors, Michael Clendenin menilai akuisisi ini sebenarnya terlalu mahal bagi Microsoft. "Harga sebenarnya di US$ 2,5 miliar," ujarnya.
Kesepakatan inilah yang menjadi pertanyaan para pebisnis teknologi informasi.
"Meski US$ 8,5 miliar tidak akan memberatkan raksasa piranti lunak itu, namun banyak yang mempertanyakan apakah harga itu pantas untuk sebuah perusahaan yang kesulitan menghasilkan laba," ujar dia.