kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ancaman perang juga berpotensi terjadi di Afrika, tiga negara berpolemik karena ini


Sabtu, 04 Juli 2020 / 07:08 WIB
Ancaman perang juga berpotensi terjadi di Afrika, tiga negara berpolemik karena ini
ILUSTRASI. A view of the new suspension bridge crossing the River Nile and named the 'Long Live Egypt' bridge, part of Rawd al-Faraj Axis project, near Cairo's Warraq Island, Egypt May 15, 2019. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - ADDIS ABABA. Ancaman perang antar negara semakin banyak. Selain polemik China dengan banyak negara karena Laut China Selatan serta konflik dua Korea, kali ini ancaman perang terjadi di Afrika.

Tiga negara berpolemik terkait pemanfaatan sungai Nil. Sungai Nil sebagai salah satu sungai terpanjang di dunia mengaliri 11 negara sekaligus. Negara-negara tersebut adalah Mesir, Ethiopia, Sudan, Uganda, Kenya, Tanzania, Burundi, Rwanda, Republik Demokratik Kongo, Eritrea, dan Sudan Selatan.

Baca juga: Lelang rumah di Kabupaten Tangerang ada 3 unit, harga Rp 300-an juta, ini daftarnya

Ethiopia, Sudan, dan Mesir terus berpolemik tentang Bendungan GERD, yang dibangun Ethiopia. Sudan dan Mesir keberatan dengan pembangunan Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD), sedangkan Ethiopia bersikeras proyek mereka tidak membahayakan siapa pun.

Pangkal persoalannya adalah Bendungan GERD yang dinilai akan membatasi pasokan air ke negara-negara hilir. Ethiopia adalah negara di bagian hulu sungai Nil.

Proyek dari Ethiopia ini bernilai US$ 4,6 miliar (Rp 66,7 triliun) dan tanpa dana asing. Pembiayaan didapat dari patungan rakyat dan penjualan obligasi, karena Mesir memblokir pihak asing untuk membiayai proyek ini.

Sudan yang juga bergantung hidupnya pada Sungai Nil, juga mendesak Dewan Keamanan PBB turun tangan menangani kasus ini, karena ketegangan 3 negara kian meningkat.

Dilansir dari Al Jazeera Selasa (30/6/2020), Mesir merasa akan mendapat ancaman eksistensial dari operasional Bendungan GERD. Dalam pertemuan virtual dengan Dewan Keamanan PBB pada Senin (29/6/2020), Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry memperingatkan akan ada konflik jika PBB tidak turun tangan.

Baca juga: Blak-blakan CEO sepeda Element kenapa sepeda lipat Pikes meniru Brompton

Ia mendesak dewan membantu menyelesaikan sengketa Bendungan GERD ini, yang menurutnya sudah membahayakan 150 juta warga Mesir dan Sudan. Sementara itu hasil KTT Uni Afrika pada Jumat (26/6/2020) menyatakan, para pemimpin Mesir, Sudan, dan Ethiopia sepakat untuk berunding lagi tentang pengisian waduk GERD.

Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia Admasu Tsegaye Agidew menerangkan, GERD tidak boros air sehingga tidak membahayakan negara-negara hilir. "GERD tidak mengonsumsi banyak air, (sehingga) tidak membahayakan negara-negara hilir, tidak ada deforestasi," terang Dubes Admasu saat dihubungi Kompas.com melalui konferensi video, Jumat (3/7/2020).

Baca juga: Harga motor Honda baru per Juli 2020 didiskon besar-besaran, ini daftarnya

Ethiopia bersikeras membangun Bendungan GERD sebagai pembangkit listrik dan meningkatkan perairan. Admasu menuturkan, separuh lebih dari 110 juta penduduk Ethiopia belum menikmati aliran listrik.

"Selama ini mereka memakai kayu bakar sebagai pengganti listrik," terangnya. Dubes Admasu lalu menerangkan, Bendungan GERD dapat menghasilkan 6.450 megawatt dan menampung 74 juta cm kubik air.

Rencananya,pengisian Waduk GERD dijadwalkan bulan ini. Apabila telah beroperasi, Bendungan GERD akan menjadi waduk pembangkit listrik terbesar di Afrika, dan salah satu yang terbesar di dunia.

(Aditya Jaya Iswara)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Negara Rebutan Sungai Nil, Polemik Bendungan GERD Makin Kusut",




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×