Sumber: Military.com | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Terlebih lagi, semua masalah terkait pandemi tersebut muncul dalam waktu singkat dan silit untuk dihindari. Akibatnya, lonjakan angka bunuh diri tentara AS jadi sulit dihindari.
Tekanan juga diperparah oleh tugas besar seperti penanggulangan badai dan kebakaran hutan serta kerusuhan sipil yang memakan korban jiwa.
Masa tugas tentara yang awalnya 10 bulan, diperpanjang menjadi 11 bulan akibat adanya karantina virus corona. Hal ini juga membuat para tentara mengalami stres.
Roger Brooks, spesialis kesehatan mental senior di Wounded Warrior Project, mengatakan para veteran melaporkan peningkatan gejala bunuh diri dan kecemasan.
Baca Juga: Jadi andalan AS, USS Gerald R. Ford merupakan kapal induk terbesar di dunia
Antara April-Agustus, mereka mencatat ada lonjakan 48% dalam rujukan ke penyedia kesehatan mental dan 10% dalam penggilan terkait konsultasi kesehatan mental.
Brooks mengatakan ada bukti bahwa pandemi telah membuat prajurit yang terluka seperti orang yang diamputasi merasa lebih terisolasi dan sulit mendapat dukungan dari orang terdekat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa virus corona telah memaksa peningkatan panggilan telehealth dan kunjungan online ke penyedia kesehatan mental.
Melihat fakta ini, para pejabat militer AS mendorong semua pasukan untuk mengawasi rekan-rekan mereka dan memastikan bahwa mereka membutuhkan bantuan yang mereka harapkan sehingga angka bunuh diri tentara AS bisa ditekan.