Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Jumlah pernikahan di China anjlok hingga seperlima pada tahun lalu. Ini menjadi penurunan terbesar yang pernah tercatat. Padahal ada berbagai upaya pemerintah mendorong pasangan muda menikah dan memiliki anak guna meningkatkan populasi China yang menurun.
Menurunnya minat untuk menikah dan memulai keluarga karena tingginya biaya pengasuhan anak dan pendidikan di China. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang tersendat selama beberapa tahun terakhir telah mempersulit lulusan universitas untuk mendapatkan pekerjaan layak untuk jangka panjang.
Baca Juga: Bursa China dan Hong Kong Ditutup Naik Senin (10/2), Terkerek Saham DeepSeek
Menurut data Kementerian Urusan Sipil, lebih dari 6,1 juta pasangan mendaftarkan diri untuk menikah tahun lalu, turun dari 7,68 juta pada tahun sebelumnya. "Belum pernah terjadi sebelumnya! Bahkan pada tahun 2020, karena Covid-2019, jumlah pernikahan hanya menurun sebesar 12,2%," kata Yi Fuxian, demografer di Universitas Wisconsin-Madison.
Yi mencatat jumlah pernikahan di China tahun lalu kurang dari setengah dari 13,47 juta pada tahun 2013.
"Jika tren ini berlanjut ambisi politik dan ekonomi pemerintah China akan hancur oleh kelemahan demografinya," ujar Yi.
Bagi otoritas China, meningkatkan minat pernikahan dan membuat bayi merupakan masalah yang mendesak.
China memiliki populasi terbesar kedua di dunia dengan 1,4 miliar saat populasi yang menua dengan cepat.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,15% ke Rp 16.350 Per Dolar AS pada Senin (10/2)
Angka kelahiran turun selama beberapa dekade karena kebijakan satu anak China tahun 1980-2015 dan urbanisasi yang cepat. Dan dalam dekade mendatang, sekitar 300 juta warga China setara dengan hampir seluruh populasi AS diperkirakan akan memasuki masa pensiun.
Langkah-langkah yang diambil tahun lalu oleh otoritas untuk mengatasi masalah tersebut termasuk mendesak perguruan tinggi dan universitas China untuk menyediakan pendidikan cinta guna menekankan pandangan positif tentang pernikahan, cinta, kesuburan, dan keluarga.
Pada November 2024, dewan negara atau kabinet China juga meminta pemerintah daerah untuk mengarahkan sumber daya guna memperbaiki krisis populasi China dan menyebarkan atas kelahiran anak dan pernikahan pada usia yang tepat
Tahun lalu, angka kelahiran sempat lesu akibat pandemi. Tahun 2024 merupakan tahun shio naga menurut zodiak China anak yang lahir pada tahun itu dianggap cenderung ambisius dan memiliki keberuntungan besar.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,46% ke Rp 16.358 Per Dolar AS pada Senin (10/2)
Namun, meskipun angka kelahiran meningkat, populasi negara itu tetap turun selama tiga tahun berturut-turut. Data tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari 2,6 juta pasangan mengajukan gugatan cerai tahun lalu, naik 1,1% dari tahun 2023.