Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar dari kita pasti sudah sering mendengar nasihat seperti, "Jangan keluar rumah di musim dingin dengan rambut basah atau tanpa jaket, nanti kamu bisa kena pilek."
Namun, apakah pernyataan tersebut benar? Ternyata, kenyataan mengenai hubungan antara cuaca dingin dan pilek lebih kompleks dari yang kita kira.
Meskipun cuaca dingin tidak secara langsung menyebabkan kita terkena pilek, ada beberapa faktor yang membuat musim dingin lebih rentan terhadap penyebaran virus pernapasan seperti flu dan pilek.
Mengapa Virus Lebih Mudah Menyebar di Musim Dingin?
Dikutip dari sciencealert, penelitian menunjukkan bahwa banyak virus, termasuk rhinovirus (penyebab utama pilek biasa), influenza, dan SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19), dapat bertahan lebih lama dan berkembang biak lebih cepat pada suhu rendah dan kelembapan yang lebih rendah.
Baca Juga: Penelitian: Satu Kantong Teh Celup bisa Lepaskan Miliaran Mikroplastik ke Dalam Tubuh
Hal ini menjelaskan mengapa virus lebih mudah menyebar pada musim dingin. Di musim dingin, suhu yang lebih rendah dan kelembapan yang rendah menciptakan kondisi yang lebih ideal bagi virus untuk tetap aktif lebih lama.
Selain itu, kebiasaan manusia yang lebih sering berada di dalam ruangan selama cuaca dingin juga berperan dalam mempercepat penyebaran virus. Ketika orang lebih banyak berada di ruang tertutup dan berdekatan satu sama lain, kemungkinan penularan virus pun meningkat.
Salah satu penjelasan ilmiah yang menarik adalah perubahan pada membran luar virus influenza ketika terpapar suhu dingin. Penelitian menunjukkan bahwa suhu dingin dapat membuat membran luar virus influenza menjadi lebih kaku dan elastis, yang pada gilirannya memudahkan virus untuk menular dari satu orang ke orang lain.
Dengan kata lain, virus influenza lebih mudah berpindah dari satu individu ke individu lain dalam kondisi dingin.
Udara dingin yang sering kali kering juga berkontribusi pada penyebaran virus. Udara yang kering menyebabkan tetesan air pada udara pernapasan cepat menguap, menghasilkan partikel yang lebih kecil dan ringan.
Baca Juga: Pentingnya Pembacaan Tes Darah untuk Memprediksi Risiko Penyakit pada Masa Depan
Partikel-partikel kecil ini lebih mudah bertahan lebih lama di udara dan dapat menyebar lebih jauh setelah batuk atau bersin. Ini menjelaskan mengapa wabah flu sering terjadi pada musim dingin, ketika udara lebih kering dan suhu lebih rendah.
Bagaimana Sistem Kekebalan Tubuh Kita Bereaksi di Musim Dingin?
Sistem kekebalan tubuh kita juga memiliki peran penting dalam penularan virus selama musim dingin. Menghirup udara dingin dapat mempengaruhi respons imun pada saluran pernapasan, yang membuat kita lebih rentan terhadap infeksi virus.
Ini karena udara dingin dapat memperlambat kemampuan tubuh untuk melawan mikroorganisme yang masuk melalui hidung atau tenggorokan.
Penggunaan aksesori seperti scarf untuk menutupi hidung dan mulut saat cuaca dingin dapat membantu mencegah infeksi. Hal ini karena scarf dapat menghangatkan udara yang kita hirup, memberikan perlindungan tambahan bagi saluran pernapasan.
Baca Juga: Aktivitas Kuno Ini Dikabarkan Dapat Memperpanjang Umur Anda, Benarkah?
Musim dingin juga biasanya berarti kita mendapatkan lebih sedikit paparan sinar matahari, yang berfungsi sebagai sumber utama vitamin D bagi tubuh.
Vitamin D sangat penting untuk kesehatan sistem kekebalan tubuh, dan kekurangan vitamin ini dapat membuat kita lebih rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D, seperti ikan salmon, tuna, atau susu yang difortifikasi, sangat dianjurkan selama musim dingin.
Selain itu, aktivitas fisik yang cenderung menurun pada musim dingin juga turut berperan dalam memperlemah sistem imun. Pada musim dingin, orang cenderung lebih jarang berolahraga karena cuaca yang buruk, seperti salju atau es. Padahal, berolahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah berbagai penyakit.
Bagaimana Cara Mencegah Penyebaran Virus Selama Musim Dingin?
Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi penyebaran virus adalah dengan mencuci tangan secara rutin. Tangan kita sering terpapar virus, dan menyentuh wajah bisa memicu penularan.
Oleh karena itu, pastikan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih secara menyeluruh setelah beraktivitas di luar ruangan atau setelah menyentuh benda yang sering digunakan orang lain.
Orang dewasa rata-rata menyentuh wajahnya antara 9 hingga 23 kali per jam. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko kita tertular virus, karena virus dapat memasuki tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari menyentuh wajah, terutama saat berada di tempat umum.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Mikroba yang Mungkin Hidup dan Berkembang Biak di Dalam Microwave Anda
Karena udara kering dapat memperburuk penyebaran virus, menggunakan humidifier di rumah dapat membantu menjaga kelembapan udara, terutama di ruang tidur dan ruang tamu. Kelembapan yang cukup dapat membantu mencegah saluran pernapasan kita menjadi kering dan lebih rentan terhadap infeksi.
Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Selama musim dingin, pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup setiap malam untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Selain itu, menjaga pola makan yang sehat dan seimbang juga sangat penting. Konsumsilah makanan yang kaya akan vitamin dan mineral yang mendukung sistem kekebalan tubuh, seperti sayuran hijau, buah-buahan, dan protein.
Terakhir, vaksinasi flu dan COVID-19 adalah langkah penting untuk melindungi diri Anda selama musim dingin. Vaksinasi dapat membantu tubuh Anda mempersiapkan diri untuk melawan virus-virus pernapasan yang umum muncul di musim dingin.