Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - RIYADH. Arab Saudi membuka pintu lebar-lebar untuk wisatawan asing. Melansir Reuters, pada Jumat (27/9), Arab Saudi meluncurkan rezim visa baru untuk 49 negara dan meminta perusahaan asing untuk berinvestasi di sektor yang diharapkan akan berkontribusi sebesar 10% dari produk domestik bruto pada tahun 2030.
Kerajaan Muslim ultra-konservatif, yang relatif tertutup selama beberapa dekade ini, telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya saja dengan melonggarkan aturan sosial yang ketat, seperti memisahkan laki-laki dan perempuan di tempat-tempat umum dan mengharuskan perempuan untuk mengenakan jubah hitam yang menutupi semua tubuh, atau abaya.
Kepala pariwisata Arab Saudi Ahmed al-Khateeb mengatakan kepada Reuters, abaya tidak akan lagi menjadi kewajiban bagi wisatawan wanita melainkan pakaian yang sederhana, termasuk di pantai-pantai umum.
Baca Juga: Pangeran Saudi: Pembunuhan Khashoggi terjadi di bawah pengawasan saya
Dia mengindikasikan bahwa alkohol tetap dilarang: "Kami akan memiliki cukup turis untuk datang ke Arab Saudi untuk menikmati hal-hal lain."
Visa akan tersedia online yang bisa didapat sekitar US$ 80, tanpa batasan wanita harus dengan pendamping seperti di masa lalu. Kendati demikian, akses ke kota suci Muslim di Mekah dan Madinah dibatasi.
Rincian lebih lanjut, termasuk negara-negara mana saja yang memenuhi syarat, akan dirilis Jumat ini. Khateeb mengatakan, China, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat termasuk di antara target negara teratas yang dibidik.
Baca Juga: Pasca serangan 14 September, ekspor minyak Arab Saudi turun tajam
Hingga saat ini, orang asing yang melakukan perjalanan ke Arab Saudi sebagian besar terbatas pada pekerja tetap, pelancong bisnis, dan peziarah Muslim yang diberikan visa khusus untuk mengunjungi Mekah dan Madinah.
Langkah ini adalah bagian dari rencana ambisius Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman untuk mengembangkan industri baru untuk menyapih pengekspor minyak utama dunia dari ketergantungannya terhadap minyak mentah dan membuka masyarakat termasuk dengan memperkenalkan hiburan yang sebelumnya dilarang.
Banyak dari agenda reformasinya mendapat pujian internasional. Akan tetapi citranya telah ternoda oleh pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi tahun lalu, penangkapan para kritikus termasuk aktivis wanita terkemuka, dan perang yang menghancurkan di Yaman.
Baca Juga: Inggris, Prancis, Jerman kompak salahkan Iran atas serangan ke Arab Saudi
Ketegangan dengan saingan beratnya, Iran, juga telah meningkat. Riyadh menyalahkan Teheran atas serangan awal bulan ini pada fasilitas minyak Saudi, yang dengan tegas dibantah Iran.
Khateeb, yang mengetuai Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional Saudi, mengatakan negara itu "sangat, sangat aman" dan serangan itu tidak akan berdampak pada rencana mereka untuk menarik wisatawan.
Pariwisata menjadi prioritas utama dalam agenda putra mahkota, meskipun infrastruktur masih minim. Untuk mendorong pertumbuhan, Khateeb memperkirakan dana investasi yang diperlukan sekitar 250 miliar riyal (US$ 67 miliar), termasuk 500.000 kamar hotel baru pada tahun 2030 - setengah di proyek mega yang didukung pemerintah dan setengah dari investor swasta.
Pemerintah ingin menarik 100 juta kunjungan tahunan pada tahun 2030, naik dari sekitar 40 juta kunjungan saat ini. Kontribusi terhadap PDB ditargetkan mencapai 10% dari 3%.