kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

AS Menentang Operasi Militer Israel di Rafah


Minggu, 24 Maret 2024 / 15:30 WIB
AS Menentang Operasi Militer Israel di Rafah
ILUSTRASI. Bendera Israel dan Amerika dikibarkan di dekat US Capitol selama unjuk rasa mendukung Israel dan memprotes antisemitisme di National Mall di Washington, 14 November 2023.


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat lagi-lagi menunjukkan sikap berbeda dengan sekutu dekatnya, Israel.

Kali ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengingatkan bahwa serangan militer Israel ke Rafah bisa berubah menjadi sebuah kesalahan. 

Teguran itu disampaikan pada hari Kamis (21/3), setelah dirinya berkumpul dengan diplomat terkemuka Arab di Kairo untuk berdiskusi mengenai upaya gencatan senjata dan masa depan Gaza pasca-konflik.

Baca Juga: Kematian Massal Akibat Kelaparan Menghantui Gaza

Blinken menegaskan bahwa AS tidak memberikan dukungan terhadap rencana Israel menyerang Rafah. Bagi AS, serangan itu juga tidak perlu dilakukan jika target Israel adalah Hamas.

"Operasi militer besar-besaran di Rafah adalah sebuah kesalahan, sesuatu yang tidak kami dukung. Itu tidak dibutuhkan untuk mengalahkan Hamas," kata Blinken, dikutip AP News.

Sikap AS terhadap operasi militer Israel di Rafah telah berubah secara signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Pada mulanya, para pejabat AS mengatakan mereka tidak dapat mendukung serangan besar-besaran ke kota tersebut, kecuali Israel memiliki rencana yang jelas dan komitmen untuk melindungi warga sipil.

Baca Juga: UNICEF: Lebih dari 13.000 Anak-anak Gaza Meninggal Akibat Serangan Israel

Sekarang, para pejabat AS menyimpulkan bahwa tidak ada cara yang kredibel untuk melakukan hal tersebut, mengingat kepadatan penduduk lebih dari satu juta orang.

Mayoritas pengambil kebijakan di AS kini lebih mendukung adanya operasi khusus dengan target pejuang dan komandan Hamas. Operasi dengan target jelas itu dianggap jadi satu-satunya cara untuk menghindari bencana sipil.

Di sisi lain, Netanyahu mengatakan bahwa militer Israel akan melanjutkan misinya itu meski mendapatkan banyak tekanan internasional untuk menghindari korban sipil.

Baca Juga: Netanyahu: Rencana Penyerangan Rafah akan Diteruskan

Netanyahu bahkan sempat mengecam para sekutunya yang saat ini mulai mengkritik langkah Israel untuk menumpas Hamas.

Dirinya bahkan menyebut serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 sebagai aksi pembantaian orang Yahudi paling mengerikan setelah Holocaust.

Serangan tanpa pandang bulu Israel telah menewaskan hampir 32.000 penduduk Palestina di Gaza. Minimnya bantuan kemanusiaan yang masih ke daerah itu membuat seluruh penduduk Gaza hidup di bawah ancaman bencana kelaparan.

Rafah selama ini menjadi satu-satunya tempat aman bagi para pengungsi Gaza. Kota ini juga satu-satunya pintu masuk bagi bantuan kemanusiaan internasional. Saat ini ada sekitar 1 juta penduduk Gaza yang tinggal di sana.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×