Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Kawasan Asia di luar China menarik aliran modal sekitar US$ 100 miliar dalam sembilan bulan terakhir.
Fenomena ini muncul seiring investor global melakukan diversifikasi investasi di luar Amerika Serikat, menurut Kevin Sneader, Presiden Goldman Sachs untuk Asia Pasifik (di luar Jepang), dalam Milken Institute Asia Summit 2025 di Singapura, Rabu (1/10/2025).
Sneader menyebut Jepang menjadi penerima manfaat utama tren tersebut. Sementara itu, reli saham China sejak akhir tahun lalu lebih banyak ditopang investor domestik dan sektor teknologi, meski kini dana asing mulai kembali melirik pasar Negeri Tirai Bambu.
Baca Juga: Saham Incaran Investor Global Setelah AS dan China Sepakat Pangkas Tarif
“Ini bagian dari pergerakan diversifikasi, bukan eksodus,” ujar Sneader.
Ia menekankan perlunya sikap hati-hati karena sebagian aliran dana tersebut berasal dari hedge fund global yang sifatnya cepat keluar-masuk.
“Dana jangka panjang seperti mutual fund belum kembali ke Tiongkok, tapi mereka mulai serius melihat Asia,” tambahnya.
Menurut Sneader, sektor teknologi, konsumsi, dan industri masih menjadi magnet utama investasi di Asia. Sementara itu, sektor kesehatan mulai menarik minat di pasar swasta.
Pada forum yang sama, CEO investor milik negara Singapura Temasek, Dilhan Pillay, menyebut globalisasi dalam bentuk lama sudah berakhir akibat dinamika geopolitik, tarif, dan kendala energi.
Baca Juga: Trump Terus Bikin Kebijakan Kontroversial, CHF dan EUR Jadi Pelarian Investor Global
“Rantai pasok kini lebih menekankan ketahanan ketimbang efisiensi, dan ada biaya untuk ketahanan itu,” ujarnya.
Ia juga menyoroti kecerdasan buatan (AI) sebagai faktor paling dominan yang memengaruhi politik, sosial, hingga ekonomi.
Temasek mengelola portofolio senilai S$ 434 miliar atau sekitar US$ 340 miliar dengan kenaikan nilai bersih 11,6% hingga rekor tertinggi per 31 Maret. Amerika Serikat tetap menjadi tujuan utama investasi perusahaan tersebut.
Sementara itu, Ankur Meattle, Kepala Funds and Co-investments Asia Private Equity GIC (sovereign wealth fund Singapura), menambahkan bahwa aktivitas transaksi di China mulai meningkat.
Baca Juga: Bursa Asia Memerah di Awal September, Investor Tunggu Data Payroll AS
Hal ini ditopang eksplorasi opsi pendanaan oleh perusahaan multinasional, penjualan berbasis suksesi, serta inovasi di sektor seperti bioteknologi dan kendaraan listrik.
“Dengan kondisi pasar modal yang membaik, kemungkinan akan ada sejumlah aksi divestasi dalam enam bulan ke depan,” kata Meattle.