Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Para pemimpin negara Muslim termasuk Turki dan Iran berkumpul di Malaysia, Rabu (18/12), untuk mengatasi masalah-masalah umat Islam pada pertemuan puncak yang mendapat tentangan dari Arab Saudi dan Pakistan.
Pada sambutan jamuan makan malam, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, KTT Kuala Lumpur bertujuan untuk "melakukan sesuatu" guna meningkatkan kehidupan umat Islam dan mengatasi Islamophobia.
"Kita perlu menemukan cara untuk mengatasi kekurangan kita, ketergantungan kita pada non-Muslim, untuk melindungi diri kita dari musuh-musuh Islam," kata Mahathir yang berusia 94 tahun, perdana menteri tertua di dunia dan salah satu yang paling vokal, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Pemain Arsenal kritik tindakan Beijing atas Muslim Uighur, China meradang
KTT yang berlangsung selama empat hari itu kemungkinan juga membahas peningkatan kemarahan atas tindakan China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, sebuah topik yang tentu akan membuat Beijing kesal.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan bersama Mahathir dan Presiden Turki Tayyip Erdogan yang sebetulnya menjadi penggerak utama di belakang KTT, membuat keputusan yang terlambat untuk membatalkan kehadirannya.
Beberapa pejabat Pakistan, yang tidak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media, menyebutkan, Khan menarik diri di bawah tekanan dari Arab Saudi. Tapi, laporan media mengatakan, para pejabat Pakistan menyangkal itu adalah alasan mengapa negara Muslim terbesar kedua di dunia tersebut tidak jadi hadir di KTT Kuala Lumpur.
Presiden Iran Hassan Rouhani dan Emirat Qatar Sheikh Tamim bin Hamid Al-Thani, yang negaranya sedang memiliki hubungan tidak harmonis dengan Arab Saudi, hadir dalam KTT Kuala Lumpur.
Baca Juga: Arsene Wenger dukung Ozil soal Muslim Uighur sebagai kebebasan berpendapat
Arab Saudi menyatakan, pertemuan puncak itu adalah forum yang salah untuk mengangkat hal-hal penting bagi 1,75 miliar umat Muslim di dunia.
Kantor berita Arab Saudi, SPA melaporkan, dalam sambungan telepon dengan Mahathir pada Selasa (17/12), Raja Salman menegaskan kembali, bahwa masalah-masalah umat Muslim harus dibahas melalui Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berbasis di Jeddah.
Menurut sumber Reuters di Pemerintahan Arab Saudi, negaranya menolak hadir karena pertemuan itu tidak diadakan di bawah naungan OKI. Pusat Komunikasi Internasional Pemerintah Saudi tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.