kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Atasi Kemacetan, Malaysia Bakal Bangun Transportasi Sungai


Jumat, 23 Januari 2009 / 10:53 WIB


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KUALA LUMPUR. Kemacetan acap kali menjadi permasalahan yang sering ditemui di kota-kota besar sejumlah negara. Hal ini pula yang tampak di negara bagian terkaya Malaysia, Kuala Lumpur. Untuk mengatasi masalah itu, Pemerintah Malaysia berencana untuk mendesain transportasi publik baru di kota tersebut. Program tersebut meliputi transportasi sungai dengan kapal dan kereta, yang nilai investasinya mencapai 50 miliar ringgit atau US$ 14 miliar.

Menurut Khalid Ibrahim Chief Minister Kuala Lumpur, program jangka panjang 10 tahun itu akan meliputi pembangunan sarana transportasi di Sungai Klang yang arusnya melewati Kuala Lumpur hingga negara bagian Selangor. Khalid mengatakan, nantinya, sungai tersebut akan dibersihkan terlebih dulu sehingga bisa menarik para komuter.

“Kuala Lumpur sangat membutuhkannya seperti halnya kita. Untuk menggunakan sungai ini adalah mimpi buruk karena kualitas airnya kotor sekali,” kata Khalid.

Sebelumnya, dia sudah mengundang para investor asing yang berminat untuk mengajukan proposal penanaman investasinya di Malaysia dalam proyek ini, paling lama pada Maret.

Sekadar informasi, negara tetangga Negeri Jiran yaitu Singapura, sudah terlebih dulu membersihkan sungainya pada tahun 1977 lalu. Program senilai US$ 200 juta itu diperintahkan oleh Perdana menteri Lee Kuan Yew. Dibutuhkan waktu selama sepuluh tahun untuk membersihkan enam sungai dan menghilangkan dampak tahunan dari limbah industri, domestik dan pertanian.

“Contoh yang paling dekat dan yang paling baik untuk diikuti adalah Singapura. Tetapi sepertinya Malaysia masih membutuhkan banyak waktu. Mentalitas kita yang harus diubah terlebih dulu. Kita harus menghentikan polusi pada sumbernya,” kata Zulkifli Yusop, director of the Institute of Environmental and Water Resource Management di Universiti Teknologi Malaysia.

Catatan saja, sekitar 90% warga Selangor mengemudi mobil pribadinya ketika berangkat kerja. Sementara di Singapura dan Manila, lebih dari separuh populasi lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum.



TERBARU

[X]
×