Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NAYPYITAW. Aung San Suu Kyi, pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang memerintah Myanmar, telah ditangkap pihak militer. Hal tersebut diungkapkan oleh juru bicara NLD.
Melansir BBC, penangkapan itu terjadi di tengah ketegangan antara pemerintah sipil dan militer, yang memicu kekhawatiran akan kudeta.
Pada pemilihan di bulan November, NLD memenangkan cukup kursi untuk membentuk pemerintahan, tetapi tentara mengatakan pemungutan suara itu curang.
Myanmar, juga dikenal sebagai Burma, diperintah oleh militer hingga 2011. Suu Kyi menghabiskan bertahun-tahun dalam tahanan rumah.
Baca Juga: Myanmar memulai program vaksinasi Covid-19 dengan prioritas para petugas kesehatan
Majelis rendah parlemen yang baru terpilih dijadwalkan bersidang untuk pertama kalinya pada hari Senin, tetapi militer menyerukan penundaan.
Koresponden BBC Asia Tenggara, Jonathan Head, mengatakan ada banyak tentara yang berjaga di jalan-jalan ibu kota, Naypyitaw, dan kota utama, Yangon.
Juru bicara NLD Myo Nyunt mengatakan kepada kantor berita Reuters melalui telepon bahwa Suu Kyi, Presiden Win Myint dan para pemimpin lainnya telah "dibawa" pada dini hari.
Baca Juga: Militer Myanmar bakal ambil tindakan jika sengketa pemilu tidak selesai, kudeta?
"Saya ingin memberitahu orang-orang kami untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum," katanya, seraya menambahkan bahwa dia juga diperkirakan akan ditahan.
Saluran telepon dan internet di Naypyitaw telah diputus, lapor BBC's Burmese Service.
Tentara juga mengunjungi rumah menteri utama di beberapa daerah dan membawa mereka pergi, kata anggota keluarga.
Pada hari Sabtu, angkatan bersenjata Myanmar berjanji untuk mematuhi konstitusi karena kekhawatiran yang meningkat bahwa mereka bersiap untuk melakukan kudeta.
Apa yang terjadi dalam pemilu?
NLD memenangkan 83% kursi yang tersedia dalam pemilihan 8 November dalam apa yang oleh banyak orang dianggap sebagai referendum terhadap pemerintahan sipil Suu Kyi.
Itu hanyalah pemilu kedua sejak berakhirnya kekuasaan militer pada 2011.
Baca Juga: Kekuatan militer ASEAN: Indonesia nomor 1, Vietnam peringkat 2
Namun militer membantah hasil tersebut, mengajukan pengaduan ke Mahkamah Agung terhadap presiden dan ketua komisi pemilihan.
Ketakutan akan kudeta meningkat setelah militer baru-baru ini mengancam akan "mengambil tindakan" atas dugaan penipuan. Komisi pemilihan telah menolak tuduhan tersebut.