Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat di Gedung Putih, lanskap perdagangan daging sapi antara Amerika Serikat (AS) dan China mengalami perubahan drastis.
Australia kini berhasil menggantikan posisi AS sebagai pemasok utama daging sapi grain-fed ke China, mengalihkan ratusan juta dolar yang sebelumnya mengalir ke industri sapi AS ke kantong produsen Australia.
Ekspor Daging Sapi AS ke China Anjlok Tajam
Sebelum Maret 2025, AS secara rutin mengekspor daging sapi senilai sekitar US$120 juta per bulan ke China. Namun, ekspor tersebut anjlok setelah Beijing membiarkan izin ratusan fasilitas daging AS kedaluwarsa, bertepatan dengan memanasnya perang tarif tit-for-tat yang dipicu Trump.
Data perdagangan China mencatat penurunan drastis:
-
Juli 2025: hanya US$8,1 juta (vs US$118 juta pada Juli 2024)
-
Agustus 2025: hanya US$9,5 juta (vs US$125 juta pada Agustus 2024)
Baca Juga: Xi Jinping Manfaatkan Negosiasi Dagang untuk Ubah Sikap AS atas Taiwan
Dalam periode April–Agustus saja, ekspor AS ke China merosot US$388 juta dibanding rata-rata dua tahun sebelumnya.
Australia Jadi Pemenang Utama
Australia dengan cepat menyerap kekosongan pasar. Nilai ekspor daging sapi Australia ke China melonjak:
-
Rata-rata sebelumnya: US$140 juta per bulan
-
Juli 2025: US$221 juta
-
Agustus 2025: US$226 juta
Selama lima bulan terakhir, Australia memperoleh tambahan US$313 juta dari pasar China, sekaligus memperkuat harga sapi domestiknya.
“Ini kabar baik bagi Australia,” ujar Matt Dalgleish, analis di konsultan Episode 3. “Permintaan dari China menopang harga sapi pada level yang sangat kuat.”
Brasil masih menjadi pemasok daging sapi terbesar China, namun keuntungan terbesar justru diraih Australia karena produk grain-fed miliknya dianggap paling setara dengan daging sapi AS.
Faktor Geopolitik dan Perang Dagang
Menurut Joe Schuele, juru bicara U.S. Meat Export Federation, persoalan ekspor daging sapi AS ke China bukan hanya soal kualitas, melainkan bagian dari ketegangan dagang yang lebih luas.
Baca Juga: Laba Industri China Tumbuh 20,4% pada Agustus 2025
“Masalah daging sapi dengan China sebenarnya sangat sedikit hubungannya dengan daging sapi itu sendiri,” kata Schuele.
“Jika ada kemajuan dalam isu-isu lain antara AS dan China, peluang untuk menyelesaikan masalah ini lebih besar.” tambahnya.
Tantangan AS Merebut Kembali Pasar
Meski kesepakatan dagang baru bisa membuka pintu ekspor, pakar menilai AS akan kesulitan merebut kembali pangsa pasar dalam beberapa tahun ke depan. Produksi daging sapi Australia sedang berada di rekor tertinggi, ditambah harganya jauh lebih murah dibanding AS.
“AS tidak berada dalam posisi kompetitif,” ujar Dalgleish. Bahkan, Australia kini bukan hanya mengekspor lebih banyak ke China, tetapi juga mengirimkan rekor ekspor daging sapi ke AS sendiri.
Meski demikian, seluruh pemasok menghadapi ketidakpastian baru. Beijing tengah melakukan investigasi impor daging sapi untuk mengatasi potensi kelebihan pasokan di pasar domestik. Investigasi ini dijadwalkan selesai pada 26 November 2025, dan berpotensi menghasilkan pembatasan baru atas impor.