Sumber: Bloomberg | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba industri Tiongkok melonjak setelah berbulan-bulan mengalami penurunan. Ini menandakan bahwa kampanye nasional untuk mengatasi kelebihan kapasitas dan persaingan yang berlebihan mulai membuahkan hasil.
Laba industri pada bulan Agustus naik 20,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut data Biro Statistik Nasional (NBS) ini merupakan kenaikan pertama dalam empat bulan. Selama delapan bulan pertama tahun ini, laba industri naik 0,9%, melampaui perkiraan Bloomberg Economics yang memperkirakan penurunan sebesar 1,6%.
Deflasi pabrik Tiongkok juga mereda untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada Agustus di tengah kampanye pemerintah untuk mengurangi kelebihan kapasitas. Namun, perlambatan pertumbuhan output industri yang berkelanjutan telah mengimbangi manfaat bagi laba perusahaan.
Baca Juga: Industri Otomotif China Sedang Mengalami Krisis Parah
Analis NBS, Yu Weining menilai peningkatan laba industri dalam delapan bulan pertama didorong oleh berbagai faktor, termasuk implementasi kebijakan ekonomi makro yang efektif, kemajuan pasar nasional yang semakin terpadu, dan basis yang rendah dari periode yang sama tahun lalu.
Menurut data NBS, sektor manufaktur peralatan telah mengalami pertumbuhan laba di hampir semua industri, dengan perusahaan kereta api, galangan kapal, dan kedirgantaraan naik 37,3% dalam delapan bulan pertama.
Industri baja kembali mencatatkan keuntungan karena permintaan dan harga yang kembali pulih, ditambah dengan penurunan biaya, membuat laba produsen bahan baku naik 22,1% secara tahunan (year-on-year) selama periode Januari-Agustus.
“10 poin persentase lebih cepat dibandingkan tujuh bulan pertama tahun ini, , ujar Yu Weining, dalam pernyataan terpisah seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (27/9/2025).
Baca Juga: Pertumbuhan Produksi Industri China Melambat, Tekanan Stimulus Ekonomi Meningkat
Laba perusahaan manufaktur produk konsumen juga pulih sebesar 1,4%, dari penurunan 2,2% dalam tujuh bulan pertama.
Prospek keuntungan di pabrik, tambang, dan utilitas Tiongkok masih dibayangi oleh permintaan domestik yang lemah dan ketidakpastian seputar tarif AS.
Pertumbuhan Tiongkok telah melambat memasuki kuartal ketiga. Belanja infrastruktur mulai melemah dan memperburuk perlambatan yang didorong oleh kemerosotan properti yang telah berlangsung bertahun-tahun, yang kemungkinan akan semakin melemahkan permintaan barang-barang industri utama seperti baja dan semen.