Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Keuntungan industri di China meningkat pada April. Peningkatan keuntungan ini memberikan gambaran bahwa berbagai langkah stimulus pemerintah mulai membuahkan hasil, meskipun hubungan dengan Amerika Serikat (AS) masih buruk.
Menurut data National Bureau Statistics (NBS) China, seperti dikutip Reuters, Selasa (27/5), laba industri naik 1,4% di periode Januari hingga April, dibanding tahun sebelumnya. Angka ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan di kuartal pertama tahun ini, yang cuma 0,8%.
Secara bulanan, keuntungan industri naik 3% pada April, dibandingkan kenaikan 2,6% di bulan Maret. "Prioritas kebijakan industri China tampaknya berjalan dengan baik," kata Dan Wang, Direktur China dari Eurasia Group.
Baca Juga: Ledakan di Pabrik Kimia Shandong China, Tewaskan 5 Orang dan 6 Masih Hilang
Wang menambahkan, laba industri terkait energi baru, bahan material baru dan manufaktur kelas atas, menunjukkan hasil yang positif.
Efek stimulus
Sejak September tahun lalu, pemerintah China secara bertahap meluncurkan berbagai stimulus untuk mendorong permintaan dalam negeri dan meningkatkan kepercayaan investor. Stimulus terbaru yang diumumkan awal Mei lalu mencakup pemotongan suku bunga dan suntikan likuiditas.
Namun, lembaga pemeringkat Moody’s tetap memberikan prospek negatif untuk peringkat utang China pada Senin (26/5) karena kekhawatiran ketegangan dagang bisa berdampak jangka panjang terhadap stabilitas keuangan.
Meski begitu, Moody’s mengakui, kebijakan pemerintah China membantu mengatasi sebagian masalah, seperti utang perusahaan milik negara dan pemerintah daerah. Data NBS menunjukkan, laba perusahaan milik negara turun 4,4% selama empat bulan pertama tahun ini.
Sebaliknya, laba perusahaan swasta tumbuh 4,3% dan perusahaan asing tumbuh 2,5%. Data keuntungan industri ini hanya mencakup perusahaan dengan pendapatan tahunan minimal 20 juta yuan dari kegiatan utamanya.
Baca Juga: Perjanjian Dagang AS dan China Berpotensi Jadi Titik Balik untuk Industri Kripto
Yu Weining, ahli statistik NBS, mengakui dasar pertumbuhan keuntungan yang stabil masih perlu diperkuat. "Tantangan masih ada, seperti ketidakpastian global, lemahnya permintaan, dan penurunan harga yang menekan pemulihan ekonomi," ujar dia.
Meskipun AS dan China sempat mencapai kesepakatan, para analis memperingatkan perdamaian bisa saja tidak bertahan lama dan dapat mengguncang perekonomian China lebih lanjut.
Analis Nomura memperkirakan 16 juta pekerjaan di China bisa hilang jika ekspor ke AS turun 50%. Lynn Song, Kepala Ekonom ING, menyebut, sektor manufaktur masih tumbuh 8,6% secara tahunan. Tapi beberapa industri, seperti otomotif, masih menghadapi tantangan.