kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Awas! Infeksi ulang Covid-19 meningkat, ancam kekebalan pada virus


Rabu, 14 Oktober 2020 / 06:21 WIB
Awas! Infeksi ulang Covid-19 meningkat, ancam kekebalan pada virus
ILUSTRASI. Hasil studi terbaru menunjukkan, pemetaan pasien Covid-19 yang mengalami infeksi ulang terhadap penyakit virus corona mengalami peningkatan. REUTERS/Pavel Mikheyev


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Hasil studi terbaru menunjukkan, pemetaan pasien Covid-19 yang mengalami infeksi ulang terhadap penyakit virus corona mengalami peningkatan. Hal itu dapat mengancam kekebalan berkelanjutan. 

Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases, yang mana dilakukan dengan memetakan kasus infeksi ulang Covid-19 di Amerika Serikat. Menurut penelitian ini, pasien Covid-19 mungkin saja mengalami gejala yang lebih para pada kali kedua dia terinfeksi virus corona baru. 

Hasil studi tersebut, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (13/10/2020), menunjukkan bahwa akibat paparan virus corona ini kemungkinan tidak akan menjamin kekebalan di masa depan. 

Seorang pasien pria asal Nevada berusia 25 tahun, terinfeksi dua varian virus SARS-CoV-2 yang berbeda dalam jangka waktu 48 hari. Infeksi ulang yang kedua yang dialaminya lebih parah, sehingga mengakibatkan pasien tersebut harus dirawat di rumah sakit dengan bantuan oksigen. 

Baca Juga: Banyak negara beralih ke tes antigen cepat untuk Covid-19, apa itu?

Dalam makalah studi tersebut juga mencatat empat kasus infeksi ulang lainnya, yang dikonfirmasi secara global. Masing-masing pasien berasal dari Belgia, Belanda, Hong Kong dan Ekuador. Dari temuan studi tersebut, peneliti menyimpulkan kemungkinan infeksi ulang Covid-19 dapat berdampak besar pada bagaimana upaya dunia mengatasi pandemi ini. 

Peneliti mengingatkan kondisi ini dapat turut memengaruhi perburuan dan pengembangan vaksin corona yang saat ini tengah dilakukan para ilmuwan di seluruh dunia. 

"Kemungkinan infeksi ulang dapat memberi implikasi signifikan bagi pemahaman tentang kekebalan Covid-19, terutama jika tidak ada vaksin yang efektif," kata Mark Pandori, dari Laboratorium Kesehatan Masyarakat Negara Bagian Nevada, penulis senior studi ini. 

Baca Juga: Indonesia berpotensi jadi negara dengan kasus corona tertinggi di Asia Tenggara, lagi

Oleh sebab itu, Pandori menambahkan penelitian lebih lanjut dari studi ini sangat diperlukan untuk dapat memahami berapa lama kekebalan dapat bertahan bagi mereka yang telah terpapar virus SARS-CoV-2. 

Selain itu, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menjawab pertanyaan mengapa beberapa dari infeksi ulang yang kedua ini bisa muncul lebih parah, meski kasus ini jarang terjadi.

Dugaan penyebab infeksi ulang

Vaksin corona yang sedang dikembangkan saat ini diharapkan dapat memicu respons kekebalan alami tubuh dalam melawan patogen atau virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Vaksin akan mempersenjatai antibodi untuk melawan serangan infesi di masa depan. Akan tetapi, tidak jelas berapa lama antibodi terhadap Covid-19 ini dapat bertahan. 

Pada sebagian penyakit, seperti campak, infeksi memberikan kekebalan seumur hdup pada penyakit tersebut. Namun, untuk patogen lain, kekebalan mungkin akan cepat berlalu. 

Baca Juga: Ini update terbaru pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia

Dalam makalah studi tersebut, peneliti menduga, penyebab infeksi ulang Covid-19 di Amerika Serikat terjadi akibat paparan virus dengan dosis sangat tinggi untuk kedua kalinya, sehingga memicu reaksi yang lebih akut. 

Dugaan lainnya, pasien tersebut kemungkinan bisa terpapar varian virus SARS-CoV-2 yang lebih ganas. Sedangkan, hipotesis lain menjelasan adanya mekanisme yang dikenal sebagai peningkatan ketergantungan antibodi. Yaitu, ketika antibodi benar-benar dapat memperburuk infeksi berikutnya, seperti yang terjadi pada demam berdarah. 

Kendati demikian, para peneliti menunjukkan bahwa infeksi ulang dalam bentuk apapun tetap hal yang langka. 

Baca Juga: Virus Corona bisa bertahan 28 hari di ponsel dan uang kertas

"Karena semakin banyak kasus infeksi ulang Covid-19 yang muncul, komunitas ilmiah akan memiliki kesempatan untuk memahami lebih baik hubungan perlindungan dan seberapa sering infeksi alami dengan SARS-CoV-2 menyebabkan tingkat kekebalan itu," kata Akiko Iwasaka, profesor Imunobiologi dan Biologi Molekuler, Seluler dan Perkembangan di Yale University. 

Mengomentari makalah di The Lancet itu, Iwasaka mengungkapkan bahwa informasi ini adalah kunci untuk memahami vaksin mana yang mampu melewati ambang tersebut dalam memberikan kekebalan individu dan kelompok dalam menghadapi infeksi virus corona baru ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Infeksi Ulang Covid-19 Meningkat, Ancam Kekebalan pada Virus"
Penulis : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas
Editor : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Selanjutnya: UPDATE Corona Indonesia, Selasa (13/10): Tambah 3.906 kasus, jangan lupa pakai masker



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×