Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Sebuah laporan intelijen Jerman yang rilis Senin (15/6) lalu menyatakan, Iran, Pakistan, Korea Utara, dan Suriah melanjutkan kegiatan proliferasi terlarang seperti pengembangan senjata nuklir selama 2019.
Dokumen badan intelijen Negara Bagian Baden-Württemberg, Jerman, setebal 181 halaman yang The Jerusalem Post lihat menyebutkan, negara-negara itu melakukan kegiatan tersebut, misalnya, untuk melengkapi persenjataan yang ada
Dalam bagian dokumen berjudul Proliferasi tersebut, Iran, Pakistan, Korea Utara, dan Suriah juga menyempurnakan jangkauan, penerapan, dan keefektifan senjata mereka, serta mengembangkan sistem senjata baru.
Baca Juga: Program nuklir Teheran, Rusia: AS tidak punya hak untuk menghukum Iran
"Mereka mencoba mendapatkan produk yang diperlukan dan pengetahuan yang relevan, antara lain melalui upaya pengadaan ilegal di Jerman," sebut badan intelijen Baden-Württemberg dalam dokumennya seperti The Jerusalem Post kutip, Rabu (17/6).
Menurut dokumen tersebut, istilah "proliferasi" mengacu pada "penyebaran lebih lanjut senjata atom, biologi, dan kimia pemusnah massal, atau produk dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuatnya, serta sistem peluncuran".
Laporan intelijen dalam dokumen itu mengatakan, Baden-Württemberg di Jerman Selatan adalah target Iran karena perusahaan-perusahaan teknologi tinggi ada di negara bagian tersebut.
Baca Juga: Walau AS mengancam, Iran terus kirim kapal tanker BBM ke Venezuela
“Upaya pengadaan yang relevan dengan proliferasi juga diamati pada 2019, yang juga memengaruhi perusahaan di Baden-Württemberg," kata badan intelijen Baden-Württemberg.
Mencegah negara-negara berisiko membangun senjata pemusnah massal
"Sejak itu, semakin sulit bagi perusahaan yang terkena dampak untuk menilai, apakah bisnis ini masih sah atau apakah sudah melanggar peraturan,” ujar badan intelijen itu.
Karena itu, badan intelijen Baden-Württemberg mendesak perusahaan untuk "mendapatkan informasi yang tepat tentang situasi legal saat ini sebelum melakukan pengiriman ke Iran".
“Untuk menyamarkan pengguna akhir yang sebenarnya, mereka bisa membeli barang-barang di Jerman dan Eropa dengan bantuan perusahaan-perusahaan terdepan yang didirikan secara khusus, dan khususnya membawa barang-barang penggunaan ganda ke negara-negara berisiko," ungkap badan intelijen Baden-Württemberg.
Baca Juga: Meski AS setop keringanan sanksi, program nuklir Iran jalan terus
"Negara-negara bypass yang umum termasuk Uni Emirat Arab, Turki, dan China," imbuh mereka. Informasi saja, barang penggunaan ganda bisa digunakan untuk keperluan militer.
Iran memang sepakat untuk membatasi pengembangan program nuklirnya dalam Perjanjian 2015 dengan kekuatan dunia. Teheran pun mendapat keringan sanksi ekonomi sebagai bagian dari perjanjian itu.
Tapi, laporan badan intelijen Baden-Württemberg mencatat, Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan pada akhir 2019, "negaranya tidak akan lagi menerapkan beberapa poin Perjanjian Nuklir 2015".
Baca Juga: Pentagon: Pasukan nuklir AS siap hadapi semua musuh termasuk Korea Utara
"Tujuan laporan ini adalah untuk mencegah negara-negara berisiko membangun dan mengembangkan senjata pemusnah massal dan sistem peluncuran," kata badan intelijen Baden-Württemberg dalam laporannya.