kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.629   38,00   0,23%
  • IDX 8.142   24,11   0,30%
  • KOMPAS100 1.120   0,99   0,09%
  • LQ45 784   -1,11   -0,14%
  • ISSI 288   1,57   0,55%
  • IDX30 412   -0,61   -0,15%
  • IDXHIDIV20 464   -2,62   -0,56%
  • IDX80 123   0,23   0,19%
  • IDXV30 134   0,03   0,02%
  • IDXQ30 129   -0,75   -0,58%

Bagaimana Kecerdasan Emosional Warren Buffett Selamatkan Portofolio di Krisis 2008


Senin, 06 Oktober 2025 / 09:47 WIB
Bagaimana Kecerdasan Emosional Warren Buffett Selamatkan Portofolio di Krisis 2008
ILUSTRASI. Bagaimana EQ Buffett Selamatkan Portofolio di Krisis 2008.


Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Dalam dunia investasi, nama Warren Buffett sudah menjadi legenda, bukan karena dia selalu punya prediksi sempurna, melainkan karena cara berpikirnya yang luar biasa stabil dari sisi psikologis.

Dikutip dari Investopedia, keberhasilan Buffett sangat dipengaruhi oleh tingkat emotional intelligence (EQ) yang tinggi, bukan sekadar kecerdasan analitis. 

Mari kita telaah bersama bagaimana Buffett menerapkan EQ-nya, dan bagaimana kita, sebagai investor biasa, dapat belajar dari pendekatannya.

Baca Juga: Kurs Transaksi BI Senin (6/10): Cek Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS hingga Euro

Mengapa Buffett Utamakan Temperamen daripada Hanya Kecerdasan

Buffett pernah menegaskan bahwa kesuksesan investasi tidak lahir dari rumus rumit, program komputer, atau sinyal pasar semata.

Sebaliknya, ia percaya bahwa penilaian bisnis yang baik harus dipadukan dengan kemampuan mengelola emosi agar tidak terbawa arus kepanikan pasar. 

Dalam surat tahun 1987 kepada pemegang saham Berkshire Hathaway, Buffett menuliskan bahwa investor sukses bukanlah mereka yang paling pintar, melainkan mereka yang mampu menjaga pikiran tetap tenang di tengah badai emosi pasar. 

Empat Unsur Emotional Intelligence ala Buffett

Menurut Investopedia, strategi EQ Buffett dapat dirangkum lewat empat karakteristik penting: kesabaran, disiplin, keterlepasan (detachment), dan kesadaran diri. 

  • Kesabaran: Buffett mau menunggu kesempatan yang tepat, tidak terburu-buru mengikuti tren sesaat.
  • Disiplin: Ia menetapkan kriteria investasi sendiri (nilai jangka panjang, fundamental), lalu konsisten mengikuti aturan tersebut.
  • Keterlepasan (Detachment): Menjaga jarak dari heboh media, agar tidak bereaksi berlebihan terhadap fluktuasi pasar.
  • Kesadaran diri: Ia tahu “lingkar kompetensinya”, yaitu area investasi yang benar-benar ia pahami, dan menghindari terjun ke bidang yang di luar kapabilitasnya.

Dengan menjaga keempat aspek ini, Buffett tetap mampu membuat keputusan investasi yang rasional, bahkan saat pasar sedang kacau.

Baca Juga: Diduga Bawa Narkoba Ilegal, Pasukan AS Menyerang Kapal di Lepas Pantai Venezuela

Cara Praktis Menerapkan EQ ala Buffett

Kita memang bukan Buffett, tapi kita bisa meniru sebagian pendekatannya. Berikut beberapa kiat praktis agar kita bisa meningkatkan EQ dalam berinvestasi:

  • Berpikir jangka panjang

Jangan hanya fokus pada pergerakan harga harian. Evaluasi perusahaan dari sudut fundamental untuk waktu bertahun-tahun ke depan.

  • Terapkan aturan sendiri

Tentukan kapan Anda akan membeli, kapan akan menjual, lalu turuti rencana itu, walau godaan untuk “ikut arus” sangat kuat.

  • Kurangi paparan berita yang memprovokasi

Berita keuangan sering memancing emosi (takut ketinggalan, takut kerugian). Mengurangi konsumsi berita semacam itu bisa membantu menjaga kepala tetap dingin.

  • Catat keputusan Anda

Buat jurnal investasi: kapan Anda membeli, kenapa membeli, apa kondisi pasar saat itu, dan apakah Anda tenang atau cemas saat memutuskan. Dengan catatan ini, Anda bisa melihat pola kelemahan emosional sendiri dan memperbaikinya.

Tantangan Besar Buffett: 2008 sebagai Ujian EQ

Saat krisis keuangan 2008 menerjang, Buffett pun menghadapi tekanan hebat: Harga saham jatuh, ekonomi melemah, pasar kacau.  Namun ia tetap memegang prinsip-prinsipnya:

  • Mempertahankan likuiditas, agar tetap bisa bereaksi bila ada peluang.
  • Fokus pada perusahaan dengan moat (keunggulan kompetitif) jangka panjang.
  • Menjaga manajemen berkualitas dalam portofolio Berkshire.
  • Keputusan-keputusan itu menunjukkan bahwa EQ bukan sekadar teori, melainkan senjata nyata saat kondisi ekstrem.

Tonton: Ini Efek Ekonomi Jika Diskon Listrik 50% Diberlakukan Lagi Menurut Ekonom

Bisakah Emotional Intelligence Dilatih?

Jawabannya: ya. Meskipun sebagian orang mungkin memiliki bakat emosional sejak lahir, EQ bisa diasah. Investopedia menyebutkan beberapa metode: meditasi, refleksi diri lewat jurnal, membuat checklist keputusan, atau bahkan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional. 

Semakin sering Anda mempraktikkan kesadaran emosional, semakin besar kemungkinan Anda dapat bereaksi secara rasional ketika tekanan psikologis melanda pasar.

Buffett bukan investor sempurna, namun yang membedakannya adalah kemampuannya menjaga ketenangan dan integritas emosional ketika pasar bergolak. Kesuksesan finansialnya lahir dari perpaduan antara kemampuan bisnis dan EQ tinggi.

Kita mungkin tidak memiliki sumber daya Buffett, tapi setidaknya kita bisa belajar mengelola emosi, membangun disiplin, dan menjaga fokus jangka panjang. 

Selanjutnya: Contoh Salinan Prompt Gemini AI Bikin Foto Ala Liburan di Amerika

Menarik Dibaca: Samsung Z Flip 7 Kenalkan Kamera Utama & Selfie yang Bisa Rekam di Kualitas 4K




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×