Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Mata uang safe haven yen Jepang dan dolar AS menguat pada Rabu (5/11/2025) di tengah aksi jual besar-besaran di pasar saham global yang dipicu oleh kejatuhan saham teknologi di Wall Street.
Sebaliknya, mata uang berisiko seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru melemah.
Dolar Australia bertahan lemah setelah turun 0,8% terhadap dolar AS pada Selasa, sementara dolar Selandia Baru merosot ke level terendah dalam tujuh bulan, tertekan oleh data tingkat pengangguran tertinggi sejak 2016.
Baca Juga: Topan Kalmaegi: 58 Tewas, Filipina Porak-poranda
Terhadap dolar Australia, kiwi bahkan terpuruk ke posisi terendah dalam 12 tahun.
Poundsterling Inggris juga berada di dekat posisi terendah tujuh bulan, setelah Menteri Keuangan Inggris Rachel Reeves memberi sinyal akan adanya kenaikan pajak luas dalam anggaran bulan ini.
“Sentimen risk-off sangat kuat dalam 24 jam terakhir, mendorong penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang utama kecuali yen,” kata Ray Attrill, Kepala Riset Valas NAB.
“Pound juga tertekan setelah pasar mencermati rencana pengetatan fiskal dari Menteri Reeves,” tambahnya.
Pasar Saham Asia Tertekan
Aksi jual meluas di Asia pada Rabu pagi, dengan indeks Nikkei Jepang turun 2,4% dan KOSPI Korea Selatan anjlok 4,8%.
Indeks dolar AS, yang mengukur kinerja dolar terhadap enam mata uang utama termasuk euro, yen, dan sterling, stabil di 100,18, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 1 Agustus di 100,25.
Baca Juga: Permintaan Chip AI Kuat, AMD Prediksi Pendapatan Kuartal IV Lampaui Ekspektasi
Penguatan dolar juga didukung oleh perbedaan pandangan di internal Federal Reserve terkait arah kebijakan suku bunga, yang mengindikasikan kemungkinan kecil pemangkasan suku bunga pada Desember.
Pasar kini juga menghadapi ketidakpastian akibat penutupan pemerintahan AS yang berlarut-larut, yang menghentikan sementara publikasi sebagian besar data ekonomi makro.
Investor menunggu rilis laporan ketenagakerjaan versi ADP yang akan dirilis malam ini.
Pergerakan Pasar Valas dan Kripto
Yen naik 0,2% menjadi ¥153,42 per dolar, memperpanjang penguatan 0,7% dari hari sebelumnya.
Dolar AS stabil di US$1,1483 per euro setelah naik 0,3% sehari sebelumnya ke puncak tujuh bulan.
Baca Juga: Jared Isaacman: Miliarder Astronot Pilihan Trump untuk NASA
Sterling juga mendatar di US$1,3016 setelah anjlok 0,9% pada Selasa.
Dolar Selandia Baru melemah 0,1% ke US$0,5635, sedangkan dolar Australia turun 0,2% ke $0,6476.
Dari sisi kebijakan, bank sentral Australia (RBA) pada pertemuan Selasa mempertahankan suku bunga dan memberi sinyal penundaan kenaikan lebih lanjut, meski inflasi pekan lalu naik di atas ekspektasi.
“Pernyataan RBA tidak seagresif yang diantisipasi pasar,” ujar Joseph Capurso, analis Commonwealth Bank of Australia.
“Risiko masih condong ke pelemahan dolar Australia menuju area dukungan US$0,6400,” katanya.
Baca Juga: Jared Isaacman: Miliarder Astronot Pilihan Trump untuk NASA
Sementara itu, Bitcoin masih berupaya pulih setelah anjlok 6,1% pada Selasa ke level terendah sejak Juni, dan terakhir diperdagangkan stabil di sekitar US$100.317.













