kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.341.000   -7.000   -0,30%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Baht Terlalu Perkasa, Eksportir Beras Thailand Berteriak


Jumat, 12 September 2025 / 06:00 WIB
Baht Terlalu Perkasa, Eksportir Beras Thailand Berteriak
ILUSTRASI. Asosiasi Eksportir Beras Thailand mendesak pemerintah dan Bank Sentral Thailand (Bank of Thailand) untuk segera mengambil langkah-langkah praktis guna menstabilkan baht. REUTERS/Athit Perawongmetha


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Charoen mengatakan baht baru-baru ini terapresiasi sebesar 2% dalam satu hari, membuat eksportir enggan menjual. Sementara pembeli beralih ke pesaing untuk mendapatkan keuntungan dari nilai tukar yang lebih menguntungkan.

"Kami menginginkan stabilitas baht," ujarnya.

"Eksportir biasanya menunggu 1-3 bulan sebelum pembayaran dilakukan. Jika kami menjual beras hari ini dengan nilai tukar 31 baht per dolar, dan baht terapresiasi menjadi 30 per dolar dalam tiga bulan, kami akan menderita kerugian," lanjutnya.

Selain itu, Charoen mengatakan ada kekhawatiran atas rencana India untuk melepas sekitar 20 ton beras ke pasar, yang akan menambah tekanan.

Tonton: Sepakat Gencatan Senjata, Thailand dan Kamboja Langsung Nego Tarif Trump

Menurut Departemen Perdagangan Luar Negeri, Thailand mengekspor 4,30 juta ton beras dalam tujuh bulan pertama tahun 2025, turun 25,1% dibandingkan tahun sebelumnya.

Nilai ekspor mencapai 86,4 miliar baht (sekitar US$ 2,59 miliar), turun 35,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan ekspor ini disebabkan oleh peningkatan produksi beras global, terutama dari India, yang telah melanjutkan ekspor dan diproyeksikan menghasilkan lebih dari 150 juta ton.

Sementara itu, permintaan impor beras dari pembeli utama seperti Indonesia dan Filipina telah menurun. Volatilitas dan apresiasi Baht telah menambah tekanan pada ekspor, kata departemen tersebut.


Tag


TERBARU

[X]
×