kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.088.000   -7.000   -0,33%
  • USD/IDR 16.413   -64,00   -0,39%
  • IDX 7.835   86,94   1,12%
  • KOMPAS100 1.097   12,40   1,14%
  • LQ45 800   5,61   0,71%
  • ISSI 267   3,38   1,28%
  • IDX30 415   3,09   0,75%
  • IDXHIDIV20 482   2,98   0,62%
  • IDX80 121   0,90   0,75%
  • IDXV30 133   1,21   0,92%
  • IDXQ30 134   0,84   0,63%

Baht Terlalu Perkasa, Eksportir Beras Thailand Berteriak


Jumat, 12 September 2025 / 06:00 WIB
Baht Terlalu Perkasa, Eksportir Beras Thailand Berteriak
ILUSTRASI. Asosiasi Eksportir Beras Thailand mendesak pemerintah dan Bank Sentral Thailand (Bank of Thailand) untuk segera mengambil langkah-langkah praktis guna menstabilkan baht. REUTERS/Athit Perawongmetha


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Asosiasi Eksportir Beras Thailand mendesak pemerintah dan Bank Sentral Thailand (Bank of Thailand) untuk segera mengambil langkah-langkah praktis guna menstabilkan baht. Langkah ini penting untuk melindungi daya saing beras Thailand dan pendapatan petani.

Mengutip Bangkok Post, Charoen Laothammatas, presiden asosiasi eksportir beras, mengatakan bahwa pemerintah dan bank sentral harus segera mengambil tindakan untuk mencegah baht menguat secara berlebihan. 

Menurutnya, mata uang tersebut harus disesuaikan ke tingkat yang lebih kompetitif sambil memastikan stabilitas dan meminimalkan volatilitas.

"Tanpa langkah-langkah yang cepat, baht yang kuat dan berfluktuasi akan merugikan daya saing global beras Thailand dan pendapatan petani," kata Charoen.

Tahun ini, baht telah menguat lebih dari 7% terhadap dolar AS. Sementara mata uang negara-negara pengekspor beras utama lainnya seperti India, Vietnam, dan Pakistan telah terdepresiasi. 

Hal ini menyebabkan perbedaan nilai tukar yang signifikan, lebih dari 10 poin persentase, antara Thailand dan para pesaingnya di pasar.

Baca Juga: Thailand Justru Tak Senang Saat Baht Menguat, Ini Alasannya

Charoen mengatakan jika eksportir dari Thailand, India, Vietnam, dan Pakistan menjual beras putih 5% dengan harga yang sama, yaitu US$ 350 per ton, pendapatan dalam mata uang lokal akan sangat bervariasi.

Pesaing akan mendapatkan keuntungan antara 1.000-1.250 baht lebih banyak per ton daripada pedagang Thailand.

Kesenjangan ini berarti petani Thailand menerima lebih sedikit daripada rekan-rekan mereka di luar negeri, bukan karena beras Thailand lebih murah, melainkan karena nilai tukar yang tidak menguntungkan.

Karena pesanan ekspor menurun seiring dengan harga beras yang lebih tinggi, beliau mengatakan dampaknya langsung terasa bagi petani, terutama menjelang musim panen raya.

Jika permintaan luar negeri terus menurun, hal itu dapat menyebabkan penurunan harga beras domestik yang substansial.

Baca Juga: Baht Pimpin Penguatan Mata Uang Regional, Bank Sentral Thailand Gelar Intervensi

Charoen mengatakan baht baru-baru ini terapresiasi sebesar 2% dalam satu hari, membuat eksportir enggan menjual. Sementara pembeli beralih ke pesaing untuk mendapatkan keuntungan dari nilai tukar yang lebih menguntungkan.

"Kami menginginkan stabilitas baht," ujarnya.

"Eksportir biasanya menunggu 1-3 bulan sebelum pembayaran dilakukan. Jika kami menjual beras hari ini dengan nilai tukar 31 baht per dolar, dan baht terapresiasi menjadi 30 per dolar dalam tiga bulan, kami akan menderita kerugian," lanjutnya.

Selain itu, Charoen mengatakan ada kekhawatiran atas rencana India untuk melepas sekitar 20 ton beras ke pasar, yang akan menambah tekanan.

Tonton: Sepakat Gencatan Senjata, Thailand dan Kamboja Langsung Nego Tarif Trump

Menurut Departemen Perdagangan Luar Negeri, Thailand mengekspor 4,30 juta ton beras dalam tujuh bulan pertama tahun 2025, turun 25,1% dibandingkan tahun sebelumnya.

Nilai ekspor mencapai 86,4 miliar baht (sekitar US$ 2,59 miliar), turun 35,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan ekspor ini disebabkan oleh peningkatan produksi beras global, terutama dari India, yang telah melanjutkan ekspor dan diproyeksikan menghasilkan lebih dari 150 juta ton.

Sementara itu, permintaan impor beras dari pembeli utama seperti Indonesia dan Filipina telah menurun. Volatilitas dan apresiasi Baht telah menambah tekanan pada ekspor, kata departemen tersebut.

Selanjutnya: Protes Gen Z Nepal Sasar Elit Politik hingga Hotel Mewah

Menarik Dibaca: 4 Pengaruh Buruk Polusi Udara untuk Kulit, Bisa Rusak Skin Barrier Kulit lo




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×