Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
DETROIT. Para penentu kebijakan di Amerika Serikat (AS) saat ini mengalami perpecahan. Mereka dihadapkan pada pilihan apakah bail out terhadap industri otomotif memang diperlukan atau tidak.
Perpecahan ini dapat terlihat dari pendapat kubu Republik dan Demokrat. Pemerintahan Bush bilang, pihaknya bisa saja mengucurkan dana sebesar US$ 25 miliar dalam bentuk pinjaman yang sudah disetujui Kongres. Hanya saja, mereka masih memandang masalah tersebut bukan sesuatu yang urgent.
Beda halnya dengan Demokrat yang punya perhatian lebih untuk industri otomotif ini. Bahkan Presiden AS terpilih Barack Obama saat ini tengah mempertimbangkan menunjuk seseorang untuk memimpin penyelamatan industri otomotif.
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Henry Paulson bilang, setiap dana bantuan federal yang dikucurkan kepada industri otomotif harus dipastikan terlebih dulu kemampuannya dalam jangka panjang.
Nah, rencananya, para penentu kebijakan akan mengadakan dengar pendapat lagi pada minggu depan. Hal ini dilakukan untuk mempertimbangkan penggelontoran dana lagi sebesar US$ 25 miliar untuk industri otomotif, yang kemungkinan besar akan diambil dari dana bail out US$ 700 miliar untuk pasar finansial yang disetujui pada bulan lalu.
Sementara itu, Kamis (13/11) kemarin, Goldman Sachs menunda pemeringkatan atas General Motors Corp. Goldman bilang, produsen otomotif itu membutuhkan dana talangan dari federal sebesar US$ 22 miliar.
Goldman Sachs memprediksi, pada akhir tahun ini, GM hanya memiliki dana tunai sebesar US$ 12,5 miliar. Padahal, untuk melakukan operasional agar tidak kolaps, dana yang dibutuhkan GM berada pada kisaran US$ 11 miliar hingga US$ 14 miliar.
Kemarin, harga saham GM ditutup dengan penurunan 13 sen atau 4,22% menjadi US$ 2,95. Hal ini dikarenakan investor sedang menunggu berita terkait upaya pemerintah dalam menyelamatkan GM.
Sedangkan Chrysler menyatakan, pihaknya tidak akan bertahan tanpa adanya bantuan dari pemerintah. CEO Chrysler LLC Bob Nardelli bilang, saat ini dana kas yang dimiliki Chrysler terus tergerus seiring dengan anjloknya penjualan otomotif di AS yang menyentuh rekor terendah dalam 25 tahun terakhir. Untuk itu, pihaknya berencana meminta bantuan federal untuk kebutuhan likuiditas dan restrukturisasi.