Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank of Japan (BOJ) pada Jumat (19/9) memutuskan menahan suku bunga jangka pendek di level 0,5%, sekaligus mengumumkan langkah baru dengan mulai menjual kepemilikan aset berisiko.
Kebijakan ini menandai fase berikutnya dalam upaya bank sentral Jepang untuk secara bertahap mengakhiri program stimulus besar-besaran yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Namun, keputusan tersebut tidak bulat. Dua dari sembilan anggota dewan BOJ mengajukan usulan untuk menaikkan suku bunga menjadi 0,75%, meski akhirnya ditolak.
Ueda: Inflasi Jepang Hampir 2%, Tapi Ada Risiko Tarif AS
Gubernur BOJ Kazuo Ueda dalam konferensi pers usai pertemuan menyebut inflasi inti Jepang masih sedikit di bawah target 2%, namun semakin mendekati.
Baca Juga: Inflasi Inti Jepang Melambat pada Agustus, Namun Masih di Atas Target BOJ
Ia menegaskan bahwa selain risiko kenaikan harga, bank sentral juga perlu mewaspadai dampak negatif terhadap pertumbuhan akibat kebijakan tarif Amerika Serikat.
“Pandangan pribadi saya, inflasi dasar masih di bawah 2%, tapi semakin mendekati. Kita perlu berhati-hati terhadap risiko penurunan ekonomi dan harga, terutama karena dampak tarif AS akan makin terasa,” ujar Ueda.
Dampak Tarif AS: Terbatas Tapi Perlu Diwaspadai
Ueda mengungkapkan bahwa perekonomian AS mulai menunjukkan pelemahan sejak Juli, khususnya pada sektor ketenagakerjaan dan konsumsi. Meski demikian, dampak tarif terhadap inflasi masih moderat, dan langkah The Fed menurunkan suku bunga diperkirakan akan menopang perekonomian AS.
Di Jepang sendiri, tarif global memberi tekanan pada keuntungan manufaktur. Namun, menurut Ueda, sejauh ini belum berpengaruh besar pada ekonomi domestik secara keseluruhan, termasuk terhadap lapangan kerja, upah, maupun belanja modal.
Outlook: Inflasi Stagnan, Lalu Bertahap Menguat
BOJ tetap berpegang pada proyeksi dalam laporan outlook kuartalan Juli 2025, yakni inflasi dasar akan stagnan dalam waktu dekat, lalu secara bertahap menguat menuju target 2%.
Baca Juga: Nikkei 225 Cetak Rekor Dua Hari Beruntun, Inflasi Jepang Mendingin
“Tidak ada kebutuhan untuk mengubah skenario dasar kami. Jepang mungkin menghadapi tekanan dari tarif, tapi ekonomi diperkirakan mampu bertahan,” kata Ueda.
Meski demikian, ia mengakui adanya ketidakpastian yang tinggi terhadap prospek ekonomi global maupun domestik.
Sinyal Pengetatan Bertahap
BOJ menegaskan suku bunga riil saat ini masih sangat rendah. Jika pertumbuhan ekonomi dan inflasi berjalan sesuai proyeksi, bank sentral akan melanjutkan kenaikan suku bunga secara bertahap.
Selain itu, BOJ akan terus memantau ketat dampak kebijakan tarif dari berbagai negara, baik pada kondisi domestik maupun pasar global.