Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SEOUL. Berbagai upaya dilakukan oleh bank-bank sentral di sejumlah negara untuk mengurangi dampak kejatuhan perekonomian akibat krisis global. Hal ini pula yang dilakukan oleh Bank of Korea (BoK). Hari ini, BoK mengatakan akan berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak krisis finansial global terhadap perekonomian di Negeri Ginseng tersebut. Salah satunya dengan menambah likuiditas mata uang asing ke sistem finansial jika diperlukan.
Sebelumnya, kemarin, Pemerintah Korea Selatan (Korsel) juga bilang akan menjamin simpanan sebesar US$ 100 miliar dalam bentuk utang bank dan menyuntikkan dana tambahan ke perbankan senilai US$ 30 miliar dalam uang dolar dengan tujuan untuk menstabilkan pasar finansial.
“Kami akan terus berupaya untuk menstabilkan sistem finansial dan pasar mata uang asing. Kami juga akan berusaha sekuat tenaga untuk meminimalkan dampak negatif dari ketidakstabilan perekonomian global saat ini terhadap perekonomian domestik,” jelas bank sental, hari ini. BoK juga mengatakan, jika terjadi pengetatan kredit pada pasar finansial, pihaknya akan terus menambah likuiditas secepat mungkin. “Hal itu akan kami lakukan dengan membeli perjanjian repo atau secara langsung membeli utang pemerintah,” jelas BoK.
Bank terbesar di Korsel itu juga menggarisbawahi, pemerintah akan mempertimbangkan guncangan finansial global, perekonomian negara dan tingkat inflasi sebelum memutuskan besaran tingkat suku bunga. Sebelumnya, Gubernur bank sentral Lee Seong Tae memangkas tingkat suku bunga untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir. Langkah yang diambil BoK ini menyusul tindakan serupa rekan-rekannya di Eropa, Asia dan AS.
Catatan saja, saat ini Pemerintah Korsel tengah menghadapi beberapa masalah pelik terkait perekonomian. Beberapa diantaranya yakni melemahnya nilai won yang menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia dan bursa saham yang anjlok 38% sepanjang tahun ini.
Itu sebabnya, Pemerintah Korsel tengah berupaya untuk menyuntikkan dana segar agar sistem finansial di negara itu tak lagi kering. “Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap sistem perbankan sehingga dapat mengembalikan sistem fundamental yang kuat bagi perekonomian Korsel,” papar International Monetary Fund, kemarin.
Sekadar informasi, perekonomian Korsel pada kuartal II hanya tumbuh 4,8% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka ini merupakan yang paling lambat dalam setahun belakangan. “Tingkat pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat seiring menurunnya permintaan domestik dan semakin memburuknya kondisi eksternal,” papar BoK.