Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada 1960-an, terjadi Revolusi Kebudayaan di China, di mana pemimpin negara tersebut, Mao Zedong, melancarkan serangan terhadap para intelektual dan orang-orang kaya di sana, sehingga menimbulkan banyak kekacauan.
Pada 1978, dua tahun setelah Mao Zedong meninggal dunia, Deng Xiaoping yang menggantikannya mengatakan bahwa China tidak lagi memiliki plihan, dan harus "membiarkan beberapa orang menjadi kaya dulu".
Sejak itu pertumbuhan ekonomi China menjadi luar biasa pesat, sehingga menciptakan lebih banyak miliarder dibandingkan negara-negara lainnya. Beijing sendiri sekarang telah menjadi rumah untuk banyak miliarder di dunia, melebihi kota-kota lainnya, termasuk New York.
Baca Juga: Kekayaan Jack Ma bertambah puluhan triliun setelah saham Alibaba melesat
Bahkan masa pandemi Covid-19 pun tidak memperlambat laju kekayaan, dengan para orang kaya di China menambah kekayaan mereka sebanyak A$ 1,94 triliun (Rp 21,7 kuadiriliun). Ini sangat berbeda dari 1970-an, ketika menjadi kaya malah mendapat sorotan tajam saat 88% warga China ketika itu hidup dengan uang A$ 2,59 sehari (sekitar Rp 29 ribu).
Namun, menjadi kaya di negeri yang masih menyebut diri sebagai negara sosialis juga mendatangkan risiko. Pada 2018, bintang film yang mendapat bayaran tertinggi di China, Fan Bingbing menghilang selama beberapa bulan setelah seorang presenter televisi membocorkan di media sosial China Weibo, bahwa Bingbing memiliki dua versi kontrak dalam pembuatan film Cell Phone 2.
Baca Juga: Saham Alibaba melonjak 9% pasca denda anti-monopoli sebesar Rp 40 triliun dijatuhkan
Kontrak pertama mengatakan dia mendapatkan bayaran US$ 10,8 juta (Rp 157 miliar), sementara kontrak satunya lagi menyebutkan ia hanya mendapat bayaran AS$ 1,9 juta (Rp 21,3 miliar). Muncul tuduhan bahwa Fan Bingbing menggunakan dua kontrak berbeda yang disebut sebagai "yin-yang" untuk mengurangi pembayaran pajak.
Sejak itu, dia menghilang dari publik dan tidak seorang pun yang tahu apa yang terjadi dengannya. Namun dia kemudian muncul kembali dan menulis pernyataan panjang di media sosial atas tindakannya dan setuju untuk membayar denda sebanyak US$ 167 juta.
"Tanpa kebijakan yang bagus dari partai dan negara, tanpa ada dukungan dari warga, tidak akan ada Fan Bingbing," tulisnya.