Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Belanja konsumsi warga Amerika Serikat (AS) merosot tajam dalam dua bulan berturut-turut hingga April 2020. Sementara itu, warga Amerika Serikat memilih meningkatkan jumlah tabungan. Akibatnya, jumlah tabungan warga AS berada di ke level tertinggi sepanjang masa lantaran pemerintah AS menggelontorkan dana stimulus US$ 3 triliun kepada warganya.
Ini juga menandakan warga AS banyak berhemat untuk memperkuat posisi kas jika dibutuhkan sebelum masa pandemi COVID-19 berakhir.
Departemen Perdagangan AS mengatakan, belanja konsumen menyumbang lebih dari dua pertiga dari kegiatan ekonomi AS, jatuh 13,6% bulan lalu. Ini menjadi penurunan terbesar sejak tahun 1959. Ini melampaui penurunan sepanjang masa sebelumnya di level 6,9% pada bulan Maret 2020.
Pada waktu yang sama, AS melaporkan ekspor bulanan turun. Laporan tersebut membuat para ekonom memperkirakan, terjadi kontraksi besar dalam produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua sejak Great Depression alias Depresi Hebat pada tahun 1930-an. Data lain yang dirilis juga sangat suram seperti data pasar tenaga kerja, produksi manufaktur dan pembangunan rumah kembali.
Baca Juga: Mantap! Dana Asing Masuk Bikin Rupiah Menguat
"Saat ini, ekonomi benar-benar tergantung pada kemurahan hati pemerintah," kata Joel Naroff, Kepala Ekonom Naroff Economics di Pennsylvania seperti dikutip Reuters, Jumat (29/5).
Realisasi data belanja konsumen juga leih rendah dari proyeksi ekonom yang disurvei oleh Reuters. Para ekonom memperkirakan, belanja konsumen akan anjlok 12,6% pada bulan April.
Belanja biaya perawatan kesehatan bahkan tertekan karena klinik perawatan gigi tutup dan beberapa operasi harus ditunda. Kunjungan rumahsakit hanya fokus pada pasien yang menderita COVID-19. Penyakit ini telah menewaskan lebih dari 100.000 orang di Amerika Serikat, jumlah kematian tertinggi di dunia.
Meski demikian, krisis kesehatan akibat COVID-19 di Amerika Serikat justru meningkatkan pendapatan bagi warga AS pada April 2020 karena pemerintah AS mentransfer tambahan dana US$ 3 triliun untuk rumahtangga. AS membagikan bantuan US$ 1.200 untuk jutaan orang dan meningkatkan tunjangan bagi pengangguran ke 31 juta orang. Pekerjaan ini untuk meredam terhadap kesulitan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi.
Tak ayal, penghasilan pribadi warga AS naik 10,5% bulan lalu. Tanpa uang pemerintah, pendapatan akan turun 6,3% dengan penutupan bisnis mendorong upah turun 8,0%. Gejolak ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya melihat tingkat tabungan mencapai rekor 33%. Laporan Departemen Perdagangan Jumat (29/5) menjelaskan, ekonomi saat ini sangat bergantung pada pemerintah.
"Jika ekonomi dibuka kembali dengan cepat tanpa konsekuensi, jutaan orang yang kehilangan pekerjaan dipekerjakan kembali dan tidak memiliki alasan untuk khawatir mereka akan kehilangan pekerjaan lagi, tabungan ini mewakili daya beli yang cukup besar di babak kedua," kata Chris Low, Kepala Ekonom FHN di New York seperti dikutip Reuters.
Jika dibutuhkan waktu lebih lama untuk membuka kembali perekonomian, tabungan masyarakat akan digunakan beberapa bulan ke depan. Hal ini akan membatasi penurunan, tetapi tidak memicu rebound tajam.
Sebuah survei pada hari Jumat menunjukkan sentimen konsumen stabil di bulan Mei. Saham-saham di Wall Street turun karena investor bersiap untuk respons A.S. terhadap hukum keamanan nasional China di Hong Kong. Dolar stabil terhadap sekeranjang mata uang, sementara harga Treasury AS naik.
Baca Juga: Harga emas naik lagi, klaim pengangguran AS dan politik Hong Kong menjadi penyokong
Dalam laporan kedua pada hari Jumat, Departemen Perdagangan mengatakan ekspor barang anjlok 25,2% menjadi US$ 95,4 miliar pada April, level terendah 10-tahun. Penurunan ekspor dipimpin penurunan pengiriman kendaraan bermotor dan suku cadang sebesar 65,9%. Begitu juga impor jatuh 14,3%. Akibatnya, defisit perdagangan barang AS melebar 7,2% di bulan lalu.
Defisit perdagangan barang yang lebih besar kemungkinan merupakan hambatan pertumbuhan PDB. Para ekonom memperkirakan, PDB akan turun 40%, suatu laju yang tidak terlihat sejak 1930-an.
Ekonomi berkontraksi pada tingkat tahunan 5,0% pada kuartal terakhir, laju penurunan PDB terdalam sejak resesi 2007-2009. Pengeluaran konsumen jatuh pada tingkat 6,8%, penurunan paling tajam sejak kuartal kedua 1980.
Dengan belanja konsumen tertekan pada bulan April, tekanan inflasi lemah. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) tidak termasuk komponen volatile food dan energi turun 0,4%. Itu adalah penurunan terbesar sejak September 2001 dan mengikuti pembacaan yang tidak berubah pada bulan Maret.
Baca Juga: Bank sentral Korea Selatan pangkas suku bunga ke level terendah sepanjang sejarah
Dalam 12 bulan hingga April, indeks harga inti PCE naik 1,0%, kenaikan terkecil sejak Desember 2010 yang mengikuti kenaikan 1,7% pada bulan Maret. Indeks PCE inti adalah ukuran inflasi pilihan Federal Reserve. Bank sentral AS memiliki target inflasi 2%.
Laporan Departemen Perdagangan Jumat (29/5) menjelaskan, ekonomi saat ini sangat bergantung pada pemerintah.