Sumber: CNBC,New York Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Di luar semua itu, saat ini mayoritas warga merika Serikat memang mencemaskan perekonomian negara mereka akan jatuh ke jurang resesi.
Melansir CNBC, sebagai salah satu indikasinya, hasil pencarian di Google seacrh menunjukkan, kecemasan akan resesi kian meningkat sejak akhir Juli lalu. Pada waktu itu, the Federal Reserve memangkas suku bunga acuan untuk kali pertama sejak terjadi krisis finansial.
Berikut adalah lima indikator resesi utama yang mengeluarkan sinyal merah:
Pertama, Pasar obligasi
Hal yang paling banyak dibicarakan mengenai pasar obligasi adalah terjadinya kurva yield terbalik.
Di tengah melorotnya suku bunga di pasar obligasi AS, tingkat yield untuk surat utang AS bertenor 10 tahun telah melorot di bawah yield surat utang bertenor 2 tahun. Kejadian ini berlangsung beberapa kali sejak 14 Agustus lalu.
Baca Juga: Investor cenderung hati-hati, bursa Wall Street lesu di akhir pekan ini
Dalam market yang sehat, obligasi jangka panjang memberikan suku bunga yang lebih tinggi ketimbang obligasi jangka pendek. Nah, saat obligasi jangka pendet memberikan yield tinggi, inilah yang dinamakan kurva yield terbalik.
Fenomena yang muncul di pasar obligasi ini memberikan sinyal resesi. CNBC mencatat, ada tujuh kali resesi yang ditandai dengan kurva yield terbalik. Menurut Credit Suisse, resesi akan terjadi rata-rata sekitar 22 bulan setelah terjadi kurva yield terbalik.
Kedua, Produk Domestik Bruto (PDB)
Tingkat PDB AS mengalami perlambatan. Data yang dirilis Departemen Perdagangan AS menunjukkan, ekonomi Negeri Paman Sam itu hanya tumbuh 2% pada kuartal dua.
Level 2% merupakan pertumbuhan terlambat sejak kuartal IV 2018 dan turun dari pertumbuhan 3% yang berhasil dicapai pada tiga bulan pertama tahun ini.