kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,92   -8,44   -0.91%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berebut Pasar, Industri Video Game Gencar Lakukan Akuisisi


Selasa, 01 Februari 2022 / 10:03 WIB
Berebut Pasar, Industri Video Game Gencar Lakukan Akuisisi
ILUSTRASI. ilustrasi merger akuisisi ambil alih


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Industri video game global sedang memasuki tahap konsolidasi untuk menambah pengalaman eksklusif bagi penggunanya. Perusahaan besar termasuk Microsoft, Sony, dan Tencent sedang dalam proses menyapu sebanyak mungkin studio dalam pertempuran tersebut.

Yang terbaru, Sony berencana untuk mengakuisisi Bungie, sebuah studio di balik hit sci-fi MMO Destiny, dalam kesepakatan senilai US$ 3,6 miliar. Bungie akan bergabung dengan keluarga Sony Interactive Entertainment (SIE), yang meliputi Insomniac Games, Naughty Dog, Guerrilla Games, Sucker Punch Productions, Bluepoint Games, dan beberapa studio terkemuka lainnya.

Bungie memposisikan akuisisi tersebut sebagai awal dari era baru perusahaan yang berfokus pada hiburan multimedia global, bukan hanya game. Bungie akan mempertahankan kontrol kreatif atas waralabanya dan terus berkembang untuk berbagai platform, bukan hanya PlayStation.

“Kami akan terus menerbitkan secara mandiri dan mengembangkan game kami secara kreatif. Permainan kami akan terus menjadi tempat komunitas kami berada, di manapun mereka memilih untuk bermain," ujar CEO Bungie Pete Parsons dikutip dari Engadget, Selasa (1/2).

Baca Juga: Tren Akuisisi Berlanjut, Sony Ambilalih Pembuat Game Halo Senilai US$ 3,6 miliar

Kesepakatan itu menyusul berita pada pertengahan Januari lalu bahwa Microsoft membeli Activision Blizzard seharga US$ 69 miliar. Itu adalah kesepakatan industri game terbesar dalam sejarah.

Microsoft pun telah melakukan investasi termasuk membeli pembuat "Minecraft" Mojang Studios dan Zenimax dalam kesepakatan bernilai miliaran dolar dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Newzoo, pangsa pasar game Microsoft adalah 6,5% pada tahun 2020 dan menambahkan Activision akan membuatnya menjadi 10,7%.

Sekadar informasi, kesepakatan semacam ini memberi manfaat bagi studio yang diakuisisi, antara lain stabilitas keuangan, dukungan produksi dan rencana pemasaran yang luas, meskipun mereka harus beroperasi dalam ekosistem perusahaan dan berpotensi mengikat game mereka ke platform tertentu. 

Namun, tampaknya Bungie memiliki rencana untuk menerbitkan di luar dunia PlayStation Sony. CEO SIE Jim Ryan mengkonfirmasi Destiny 2 dan game masa depan Bungie akan terus diterbitkan di platform di luar merek PlayStation.

“Untuk Sony, tujuannya adalah untuk memberikan lebih banyak pengalaman live, online, multi-platform,” kata Ryan.

Menariknya, Bungie adalah rumah asli dari waralaba Halo yang merupakan bagian dari keluarga Microsoft dari tahun 2000 hingga 2007. Setelah itu, Bungie juga sempat menandatangani perjanjian penerbitan dengan Activision untuk waralaba Destiny. Kesepakatan itu berlangsung hingga 2019, ketika Bungie memindahkan proses penerbitannya sendiri.

Baca Juga: Apple Berencana Membesarkan Bisnis Metaverse Dalam Layanan Produk

Oleh karenanya, setelah dua mantan penerbit Bungie di bawah satu atap yaitu Microsoft dan Activision Blizzard, sekarang, Bungie memiliki saingan terbesar Microsoft, Sony, di saku belakangnya. 

Hubungan ini hanya akan menjadi lebih rumit ketika era konsolidasi berjalan melalui industri video game. Jadi kemungkinan bakal ada kesepakatan lain bernilai miliaran dolar dan klausa eksklusivitas selama beberapa tahun mendatang.

“Pasti ada lebih banyak akuisisi di masa depan perusahaan,” ujar Ryan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×