kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bersitegang dengan Korsel, surplus jasa perjalanan Jepang menciut


Senin, 09 September 2019 / 17:47 WIB
Bersitegang dengan Korsel, surplus jasa perjalanan Jepang menciut
ILUSTRASI. Bunga sakura mulai bermekaran di Tokyo


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Surplus jasa perjalanan Jepang menurun pada periode Juli 2019. Penyebabnya, jumlah wisatawan Korea Selatan merosot seiring memanasnya hubungan bilateral kedua negara sehingga berdampak pada ekonomi negara terbesar ketiga di dunia ini.

Dilansir dari Reuters, Senin (9/9), surplus neraca perjalanan atau jumlah yang dibelanjakan pengunjung asing dikurang perjalanan Jepang ke luar negeri menyusut 0,9% dari Juli tahun sebelumnya menjadi 229,3 miliar yen.

Baca Juga: Mahathir: Orang Melayu terus-terusan miskin karena malas bekerja

Keputusan Jepang memperketat ekspor ke Korea Selatan Juli lalu telah mendorong reaksi warga Korea untuk memboikot barang-barang Jepang dan membatalkan tur wisata ke Negeri Sakura tersebut.

Hal ini tercermin dari penurunan kunjungan wisatawan Korea Selatan mencapai 7,6% dari tahun sebelumnya. Ini merupakan penurunan paling rendah dalam setahun terakhir merujuk data pemerintah setempat.

Seorang pejabat Kementerian Keuangan Jepang mengaku, kondisi tersebut merupakan faktor penurunan surplus jasa perjalanan yang mendorong kenaikan defisit neraca perjalanan sebesar 32%.

Akibatnya, surplus neraca transaksi berjalan Jepang turun 1,4% pada tahun ini menjadi 1,9999 triliun yen atau setara US$ 18,72 miliar per Juli 2019. Realisasi ini sejalan dengan proyeksi para ekonom untuk nilai surplus di angka 2,0832 yen.

Baca Juga: China melakukan lebih banyak aksi untuk mendorong ekonominya yang melambat

Turunnya jumlah turis Korea Selatan merupakan pukulan berat bagi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang ingin menjadikan pariwisata berbasis inbound sebagai pilar pertumbuhan ekonomi Jepang, dan terjadi pada saat pemulihan ekonomi bergantung pada ekspor yang terpukul oleh perlambatan permintaan global dan perang dagang antara Tiongkok-AS.

Sejak Abe menjabat pada akhir 2012, pengunjung asing ke Jepang meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 30 juta orang pada 2018, dibantu oleh mata uang yen yang tumbuh lebih lemah dan faktor pelonggaran persyaratan visa.

Pemerintah Abe menargetkan peningkatan jumlah pengunjung asing menjadi 40 juta pada tahun 2020 dan 60 juta pada tahun 2030. Penduduk Korea Selatan merupakan wisatawan terbesar kedua di Jepang sekitar 7,1 juta jiwa pada tahun 2017, setelah Cina sebanyak 7,4 juta jiwa.

Dalam data neraca pembayaran sejak 1996, neraca perjalanan dimasukkan mencakup transaksi untuk pariwisata dan logistik dengan negara lain.

Baca Juga: Demam babi Afrika berlanjut, China mengucurkan subsidi bagi peternakan besar

Surplus neraca jasa perjalanan naik 3% ke rekor 1,3 triliun yen pada Januari-Juni 2019 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini membantu keseimbangan neraca yang melompat ke surplus untuk pertama kalinya.

Surplus neraca berjalan Jepang terutama terdiri dari keuntungan pendapatan dari investasi langsung asing, dan jasa termasuk uang yang dibelanjakan oleh wisatawan asing.

Sementara neraca perdagangan cenderung mencatat defisit karena gesekan perdagangan dan lemahnya permintaan global.




TERBARU

[X]
×