Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tri Adi
Dewij telah merencanakan bagaimana mendapatkan keuntungan dari tanah kelahirannya di Tanzania, Afrika timur. Ia mengetahui bahwa Afrika timur adalah penghasil kapas terbesar ketiga di benua itu. Karena itu dia memutuskan untuk membangun bisnis tekstil, dengan membeli dan memperbarui pabrik yang rusak di Tanzania, Mozambik, Zambia, Malawi dan Ethiopia. Ia memperoleh infrastruktur industri tekstil, baik pabrik dan mesin dengan harga murah dari bisnis pemerintah yang tengah bangkrut.
Karena semangat dan bekal kewirausahaan, dia telah mengubah MeTL Group menjadi pemain tekstil terbesar di Afrika, melalui integrasi kegiatan pemintalan, penenunan, pemrosesan dan pencetakan. Tanzania mampu bersaing dengan produsen tekstil terbesar dan termurah di dunia mengalahkan China. Adanya kebijakan tarif impor tekstil dan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 18% telah membantu melindungi industri lokal.
Saat ini produksi tekstil secara keseluruhan lebih murah di Tanzania daripada di China. Kami mempunyai tenaga kerja dan harga jual yang kompetitif. Keuntungan terbesar Tanzania adalah kapas, sementara China harus mengimpor kapas. "Jadi mereka tidak bisa bersaing dengan saya di pasar saya," kata Dewij.
Selain tekstil, industri pertanian adalah sektor kunci MeTL Group. Perusahaan ini mempunyai lahan subur seluas 50.000 hektare (ha) dan memperkerjakan 24.000 orang yang mengurus perkebunan teh, kapas, kelapa sawit dan kacang mete. Hampir sebagian besar komoditas kaca mete ekspor ke Amerika Serikat (AS).
Ia bahkan memproduksi minyak sayur yang mempunyai kapasitas hingga 600 ton. Tahun 2013, kapasitas minyak tersebut telah meningkatkan empat kali lipat ketika Dewij membeli tambahan 1.650 kilang, menjadi 2.250 ton minyak nabati.
Dia berinvestasi di sektor apapun yang berpotensi bisnis. Itu sebabnya MeTL telah berkontribusi 3,5% bagi produk domestik bruto (PDB) di Tanzania.
(Bersambung)