Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, menyampaikan niatnya untuk memperkuat pertahanan negara kepada Presiden AS yang baru dilantik, Donald Trump.
Bertahun-tahun hidup sebagai negara pasifis, beberapa tahun terakhir Jepang terlihat mulai kembali aktif secara militer.
Pada hari Selasa, Menlu Iwaya bertemu dengan Trump, serta Menteri Luar Negeri AS Marco Rubin dan Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz di Washington.
Pada kesempatan itu, Iwaya menegaskan bahwa Jepang siap untuk terus memperkuat kemampuan pertahanannya di tengah situasi keamanan yang tidak menentu di kawasan Asia Timur.
"Jepang tidak punya pilihan selain terus meningkatkan kemampuan pertahanan mengingat situasi di Asia Timur," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jepang, Toshihiro Kitamura, mengutip perkataan Iwaya.
Baca Juga: Ingat Kembali Deretan Kebijakan Luar Negeri Donald Trump di Periode Pertamanya
Sikap yang diambil Jepang saat ini cukup masuk akal, mengingat ancaman keamanan dari China semakin nyata. Jepang juga tidak bisa hidup tenang melihat aktifnya Korea Utara menguji senjata jarak jauh bertenaga nuklir.
Untuk masalah ini, Amerika Serikat jelas jadi pihak yang paling diharapkan Jepang.
Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih sepertinya akan mendorong banyak negara mitra AS untuk meningkatkan anggaran pertahanan.
Pesan ini telah dikirim kepada seluruh anggota NATO. Trump meminta semua anggota meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 5% dari PDB.
Baca Juga: Trump Meminta Anggota NATO Tingkatkan Anggaran Pertahanan, 5% dari PDB
Pada akhir Desember 2024, kabinet Jepang menyetujui anggaran pertahanan sebesar 8,7 triliun yen untuk tahun 2025. Angka tersebut masih memerlukan persetujuan parlemen paling lambat bulan Maret untuk dapat disahkan.
Mengutip AP News, tahun ini Jepang berencana menghabiskan 314,8 miliar yen untuk membangun tiga kapal perusak kompak multiguna (FFM) baru berbobot 4.800 ton yang memerlukan 90 awak.
Jepang juga sedang berupaya mempercepat pengembangan kemampuan serangan baliknya dengan rudal jelajah jarak jauh. Jepang juga mulai mengerahkan Tomahawk untuk memperkuat pertahanannya terhadap ancaman yang berkembang dari China, Korea Utara, dan Rusia.
Tahun ini akan memasuki tahun ketiga penerapan rancangan pembangunan militer lima tahun berdasarkan strategi keamanan nasional yang diadopsi pada tahun 2022.
Tonton: Barat Cemas! Xi dan Putin Bahas Hubungan dengan Trump, Ukraina, dan Taiwan