Sumber: NBC News | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Bill Gates menyerukan perubahan besar dalam pendekatan global menghadapi perubahan iklim.
Dalam sebuah memo 17 halaman yang dirilis Selasa, pendiri Microsoft itu menilai bahwa dunia perlu melakukan “strategic pivot”, beralih dari fokus utama pada penurunan emisi gas rumah kaca menjadi upaya mencegah penderitaan manusia, terutama di negara-negara miskin yang paling rentan terhadap dampak pemanasan global.
Gates menilai pandangan pesimistis terhadap masa depan bumi membuat komunitas lingkungan terlalu terobsesi pada target jangka pendek menekan emisi karbon, hingga mengabaikan solusi yang lebih nyata untuk meningkatkan kualitas hidup di tengah perubahan iklim.
Baca Juga: Bill Gates Prediksi 3 Profesi Ini Tidak Tergantikan Artificial Intelligence (AI)
“Jika saya harus memilih antara memberantas malaria dan menghindari kenaikan suhu 0,1 derajat, saya akan memilih menghapus malaria. Banyak orang tidak memahami betapa besar penderitaan yang terjadi hari ini,” ujarnya dalam diskusi dengan wartawan.
Selama beberapa tahun terakhir, Gates menghabiskan sebagian besar waktunya untuk aktivitas kemanusiaan lewat Gates Foundation, yang telah menyalurkan puluhan miliar dolar ke bidang kesehatan, pendidikan, dan pembangunan global.
Lembaga tersebut berperan penting dalam memerangi HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Selain itu, ia juga mendirikan Breakthrough Energy pada 2015 untuk mempercepat inovasi energi bersih.
Memo ini ditujukan untuk memengaruhi arah pembahasan dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB yang akan digelar bulan depan di Brasil. Gates mendorong para pemimpin dunia agar meninjau kembali efektivitas penggunaan dana iklim global yang jumlahnya terbatas.
Baca Juga: Bill Gates Prediksi AI Akan Gantikan Banyak Pekerjaan, Kecuali Beberapa Profesi Ini
“Jika Anda berpikir iklim bukan masalah besar, Anda tidak akan setuju dengan memo ini. Tapi jika Anda berpikir iklim adalah segalanya dan bersifat kiamat, Anda juga tidak akan setuju,” kata Gates.
“Ini pandangan pragmatis seseorang yang ingin memaksimalkan dana dan inovasi demi membantu negara-negara miskin.”
Namun, pandangan Gates memicu perdebatan di kalangan ilmuwan. Kristie Ebi, pakar kesehatan masyarakat dan iklim dari Universitas Washington, setuju bahwa negosiasi PBB sebaiknya menekankan kesejahteraan manusia, tetapi menilai asumsi Gates terlalu sederhana.
Ia mengingatkan bahwa perubahan iklim tidak bisa diatasi hanya dengan mempercepat adopsi teknologi hijau.
Jeffrey Sachs dari Columbia University bahkan menyebut memo itu “tidak jelas dan membingungkan.”
Menurutnya, pengentasan kemiskinan dan transformasi iklim seharusnya berjalan bersamaan, bukan saling dipertentangkan. “Keduanya sangat mungkin dicapai jika pengaruh lobi minyak besar dapat dikendalikan,” tulisnya dalam surel.
Baca Juga: Bill Gates Sebut 2 Profesi Ini Bakal Tergeser AI dalam 10 Tahun ke Depan
Sementara itu, Chris Field dari Universitas Stanford menilai masih ada ruang untuk memperdebatkan apakah cara dunia memandang krisis iklim selama ini terlalu pesimistis. “Kita perlu berinvestasi untuk jangka pendek dan panjang sekaligus,” ujarnya.
Michael Oppenheimer dari Universitas Princeton juga mengingatkan bahwa fokus pada kesejahteraan manusia tidak boleh mengabaikan alam.
“Perubahan iklim sudah menghancurkan ekosistem. Apakah kita ingin hidup dalam gelembung teknologi dan mengabaikan dunia alami?” katanya.
Baca Juga: Bill Gates Sebut 2 Profesi Ini Bakal Tergeser AI dalam 10 Tahun ke Depan
Meski menuai kritik, Gates menegaskan bahwa setiap peningkatan suhu sekecil apa pun tetap penting. “Iklim yang stabil akan mempermudah upaya meningkatkan kehidupan manusia,” tulisnya dalam penutup memo tersebut.













